UJI VIGOR TERHADAP KEKERINGAN

“UJI VIGOR TERHADAP KEKERINGAN ”
Kelompok 2
Mira Aryuni                J3W412005
Fatmawati                   J3W412006
Helen Hernita              J3W412009
Lukman Ahmadi         J3W412010





PK : Produksi dan Pengembangan Pertanian Terpadu
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012




KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Tuhan sekalian alam kami ucapkan dan shalawat beriring salam kami limpahkan kepada nabi junjungan alam yakni nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga serta penerus-penerusnya.
Selanjutnya kami bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberi kesempatan dan kemampuan untuk menyusun sebuah laporan penelitian  sederhana ini . Laporan  ini diberi judul “ Uji Vigor Terhadap Kekeringan”.
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada guru pembimbing dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Laporan ini disusun dengan maksud untuk melengkapi tugas mata kuliah Pengantar Teknologi Benih dan memberikan pengetahuan tambahan kepada pembaca mengenai kekuatan vigor suatu benih
Akhir kata , semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menambah pengetahuan . Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu , kami sebagai menulis mengharapkan saran dan kritik yang konstukrif demi baiknya laporan ini.

Bogor , 17 Desember 2012

Kelompok  2





DAFTAR ISI


    1.1 Latar Belakang. 4


 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Kita tentu sudah mengenal istilah viabilitas suatu benih.Selain viabilitas , didalam jiwa benih juga terdapat suatu istilah yang dinamakan vigor benih.Vigor benih adalah kemampuan benih untuk bertahan hidup maupun daya kecambahnya pada kondisi lingkungan suboptimum.Kondisi suboptimum bisa berupa tanah salin , tanah asam maupun kekeringan.Benih yang mampu mengatasi kondisi tersebut termasuk lot benih bervigor tinggi.Benih yang vigor akan dapat tumbuh cepat dan serempak.
Uji vigor dapat dilakukan pada media tumbuh yang optimum dengan menilai kecepatan tumbuh benih dan keserempakan tumbuhnya. Uji vigor dapat dilakukan dengan menanam benih pada media suboptimum. Tolak ukur kecepatan tumbuh (KCT) mengindikasikan Vigor Kekuatan Tumbuh (Vkt) karena benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang suboptimum.KCT diukur dengan jumlah tambahan perkecambahan setiap hari atau etmal pada kurun waktu perkecambahan dalam kondisi optimum. Secara teoritis, KCT maksimal ialah 50% per etmal apabila benih tumbuh normal 100% sesudah dua etmal.
Tolak ukur Vkt yang lain misalnya Keserempakan Tumbuh (Kst).Analisis vigor benih didasarkan persentase kecambah normal yang tumbuh kuat dihitung pada satu Momen Periode Viabilitas (MPV).Baik untuk analisis vigor benih dengan tolak ukur KCT maupun KST benih ditanam pada media yang optimum. Analisis vigor juga dapat dilakukan pada media yang tidak optimum.Misalnya, kita membuat analisis vigor benih terhadap kekeringan. Pada kondisi kekeringan dapat dijabarkan oleh media yang memilki tekanan osmotik tinggi. Pada kondisi demikian benih memerlukan energi yang lebih tinggi untuk menyerap air. Hanya benih yang vigor saja yang lebih menyerap air dan tumbuh normal. Substrat kertas merang yang dicelup dalam larutan garam NaCL dapat digunakan untuk menciptakan tekanan osmose yang tinggi, dan selama tidak memberikan efek peracunan substrat demikian dapat mengindikasikan Vkt kekeringan. Analisis vigor terhadap salinasi dapat pula dilakukan analisis seperti untuk vigor terhadap kekeringan.
Analisis vigor benih ternyata dapat kita kembangkan terus. Betapa besarnya variasi kondisi lapang, dan betapa besarnya jumlah spesies yang benihnya harus dianalisis, vigor benih itu dibagaikan gatra yang tidak bakal habis untuk dikaji. Analisis vigor benih memerlukan banyak inovasi orang-orang benih karena viabilitas absolut diperlukan untuk selalu diinformasikan kepada konsumen benih.
Ekstensifikasi pertanian sering mendapat hambatan karena jumlah lahan yang sesuai untuk dijadikan lahan pertanian semakin terbatas. Lahan yang terbatas ini selalu menjadi masalah, di satu sisi produksi tanaman harus ditingkatkan untuk memenuhi ketahanan pangan, di lain sisi tanah dan produktivitasnya bermasalah.  Sebagian tanah tersebut tidak sesuai dijadikan sebagai lahan pertanian karena adanya faktor pembatas seperti tanah masam, salin, dll.

 Di Indonesia semakin sering dijumpai tanah salin akibat akumulasi garam yang tinggi di lapisan permukaan. Semua jenis tanah yang tersebar di daerah arid dan semi arid serta sepanjang pesisir pantai dapat berkembang menjadi tanah salin dengan akumulasi garam yang tinggi di lapisan permukaan. Masalah salinitas timbul apabila konsentrasi NaCl, Na2CO3, Na2SO4 dan garam-garaman Mg terdapat dalam jumlah berlebihan. Garam NaCl adalah yang paling dominan karena Natrium (Na+) akan terakumulasi pada lapisan tanah atas dalam jumlah yang berlebihan.

1.2 Tujuan

Laporan pratikum ini bertujuan untuk mengetahui mutu atau kualitas benih dan mampu melakukan teknik Pengujian vigor benih. Seperti Teknik pengujian kecepatan tumbuh dan keserempakan tumbuh serta Teknik pengujian benih terhadap kondisi salinasi atau kekeringan. Penelitian ini bertujuan hubungan antara metode sortasi benih dengan viabilitas dan vigor benih kacang tanah serta aplikasinya untuk menduga tingkat ketahanan salinitas.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


Vigor merupakan derajat kehidupan benih dan diukur berupa; benih yang berkecambah, kecepatan perkecambahan, jumlah kecambah normal, pada berbagai lingkungan yang memadai, selain itu juga harus diperhatikan semua atribut perkecambahan secara morfologi dan fisiologis yang mempengaruhi kecepatan, keseragaman pertumbuhan benih pada berbagai lingkungan, ini merupakan tolak ukur ketahanan benih (fisiologis) atau kesehatannya (Delouche  dalam Kuswanto, 1996).Vigor benih dalam hitungan absolut merupakan indikasi viabillitas benih yang menunjukkan benih kuat tumbuh di lapang dalam kondisi yang suboptimum, dan tahan untuk disimpan dalam kondisi yang tidak ideal (Sadjad, 1993).
Secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Vigor benih di cerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing yaitu kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisiologis ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman mormal meskipun keadaan biofisik lapangan sub optimal atau suatu periode simpan yang lama (Sutopo, 2002). Semai dengan tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari penampilan fenotipe kecambah atau bibitnya (Sadjat, 1993).
Sutopo (2002), menyatakan bahwa pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi yang tinggi. Vigor yang tinggi dicirikan antara lain oleh:
·         Tahan disimpan lama
·         Tahan terhadap serangan hama dan penyakit
·         Cepat dan merata tumbuhnya
·         Mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal.
Ekstensifikasi pertanian sering mendapat hambatan karena jumlah lahan yang sesuai untuk dijadikan lahan pertanian semakin terbatas. Lahan yang terbatas ini selalu menjadi masalah, di satu sisi produksi tanaman harus ditingkatkan untuk memenuhi ketahanan pangan, di lain sisi tanah dan produktivitasnya bermasalah.  Sebagian tanah tersebut tidak sesuai dijadikan sebagai lahan pertanian karena adanya faktor pembatas seperti tanah masam, salin, dll.
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Di Indonesia semakin sering dijumpai tanah salin akibat akumulasi garam yang tinggi di lapisan permukaan. Semua jenis tanah yang tersebar di daerah arid dan semi arid serta sepanjang pesisir pantai dapat berkembang menjadi tanah salin dengan akumulasi garam yang tinggi di lapisan permukaan. Masalah salinitas timbul apabila konsentrasi NaCl, Na2CO3, Na2SO4 dan garam-garaman Mg terdapat dalam jumlah berlebihan. Garam NaCl .Menurut Rusell (1958), kadar garam yang tinggi dapat menaikkan tekanan osmosis. Hal adalah yang paling dominan karena Natrium (Na+) akan terakumulasi pada lapisan tanah atas dalam jumlah yang berlebihan.
Hal ini dapat mengurangi kesanggupan benih mengabsorbsi air dan secara tidak langsung akan menghambat perkecambahan benih, karena benih tidak memperoleh kadar air yang cukup. Hal ini sesuai dengan pendapat Kamil (1979) yang menyatakan bahwa, jika konsentrasi suatu larutan di sekitar biji tinggi dapat menyebabkan tidak atau kurang meresapnya air ke dalam biji sehingga mengakibatkan benih tidak berkecambah.
            Bintoro et al. (1990) menyatakan bahwa, toleransi tanaman terhadap salinitas tergantung pada jenis dan tingkat pertumbuhan tanaman. Dengan kata lain tanaman mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap salinitas. Kebanyakan tanaman pertanian sangat peka terhadap kandungan garam dalam tanah. Benih yang ditanam di daerah yang mempunyai salinitas tinggi sangat sulit atau tidak dapat berkecambah sama sekali. Hal ini disebabkan  terhambatnya serapan air oleh benih dan terjadi keracunan oleh ion-ion yang menyusun garam tersebut.
Vigor kekuatan tumbuh benih merupakan derajat kehidupan benih dan diukur berupa; benih yang berkecambah, jumlah kecambah normal, kecepatan perkecambahan (speed of germination), laju pertumbuhan kecambah (seedling growth rate) pada berbagai lingkungan yang memadai, selain itu juga harus diperhatikan semua atribut perkecambahan secara morfologi dan fisiologis yang mempengaruhi kecepatan, keseragaman pertumbuhan benih pada berbagai lingkungan, ini merupakan tolak ukur ketahanan benih (fisiologis) atau kesehatannya (Kuswanto, 1996).
Benih yang memiliki vigor rendah menurut Copeland (1980) akan berakibat terjadinya:
a). Kemunduran benih
b). Makin sempitnya keadaan lingkungan dimana benih dapat tumbuh
c). Kecepatan berkecambah menurun
d). Kepekaan akan serangan hama
e). Meningkatnya jumlah kecambah abnormal
f). Rendahnya produksi tanaman
Vigor benih adalah kemampuan tumbuh benih menjadi tanaman berproduksi normal dalam kondisi sub optimum.. beberapa  kondisi sub optimum dilapang misalnya : kondisi kekeringan, tanah salin, tanah asam, tanah penyakit, dsb.Benih yang mampu mengatasi kondisi tersebut termasuk lot benih bervigor tinggi ( anonim,2011).
Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal. Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia ( Jurnalis kamil ).
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine (http://id.wikipedia.org/wiki/Salinitas)

Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida

Salinitas adalah banyaknya zat yang terlarut. Zat yang terlarut ini meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme hidup dan gas-gas terlarut. Fraksi terbesar dari bahan terlarut terdiri dari garam-garam anorganik yang berbentuk ion-ion. Enam jenis anorganik membentuk 99,28% berat dari bahan anorganik padat. Ion-ion adalah klor, natrium, sulfat, magnesium, kalsium dan kalium, sedangkan lima iom berikutnya yaitu bikarbonat, bromida, asam borat dan stronsium menambah 0,71% berat, sehingga 11 ion ini membentuk 99,99% berat zat terlarut (Nybakken, 1992)


 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Tempat dan Waktu

Pratikum ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Benih Kampus Gunung Gede Diploma Institut Pertanian Bogor. Kegiatan pratikum ini berlangsung  selama  seminggu, mulai dari tanggal 5 desember 2012 s/d 12 desember 2012.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam pratikum viabilitas benih kali ini adalah tali, plastik , APB,baki , subsrat , petridish . Sedangkan bahan yang digunakan diantaranya adalah kertas merang, benih jagung (Zea mays), tomat (Lycopersicum esculantum) dan kacang hijau (Phaseolus radiatus) , air , larutan NaCl  , label perlakuan, spidol ,plastik.

3.3 Prosedur Kerja

Untuk vigor benih terhadap kekeringan
a)                   Sediakan alat dan bahan seperti yang tersebut diatas
b)                 Pisahkan kertas merang untuk kadar garam dalam air yang 0%, 2% dan 5% . 5 kertas / perlakuan
c)                  Masing-masing kertas merang yang telah dipisahkan , direndam dengan larutan sesuai dengan perlakuannya(3 kertas saja).Setelah itu letakkan benih yang ingin diuji sebanyak 25 benih / perlakuan
d)                 Untuk benih kedelai dan jagung ditanam dengan metode UAK, dengan setiap gulungan ditanam 25 butir benih dengan perlakuan larutan NaCl  0% ,2% dan 5%
e)                  Untuk benih tomat , menggunakan metode UDK . Dibagi menjadi tiga perlakuan yakni NaCl 0% , 2% dan 5%
f)                  Setelah itu , untuk metode UAK dilapisi lagi dengan 2 kertas merang. Kemudian digulung dan dimasukkan kedalam APB yang sebelumnya telah diberi label perlakuan
g)                  Untuk metode UDK tidak perlu dilapisi lagi langsung dimasukkan ke APB           
h)                 Lalu amati kecambah normal , abnormal dan mati sehingga didapat daya kecambah benih tersebut
Untuk KST dan KCT
a) Sediakan alat dan bahan
b) Untuk KST dan KCT ini hanya memerlukan benih jagung dan kacang hijau
c) Rendam kertas merang kedalam air lalu keringkan dengan  alat  pengepress
d) Letakkan masing-masing benih 25 butir dengan pola zigzag ke atas kertas merang yang telah dialasi plastik
e) Lalu lapisi lagi dengan  dua kertas merang dan digulung
f) Beri label perlakuan dan masukkan kedalam alat pengecambah benih
g) Amati KCT tiap harinya selama 5 hari dan KST dihari ke 5 dan 7










 

BAB IV

PEMBAHASAN

 

4.1 Data hasil penelitian

            % DB Uji Vigor Terhadap Kekeringan
a)      Tomat ( Lycopersicum esculantum)

Kelompok
Kontrol
2%
5%
N
A
M
N
A
M
N
A
M
1
0
0
100
0
0
100
0
0
100
2
0
0
100
0
0
100
0
0
100
3
0
0
100
0
0
100
0
0
100
4
60
12
28
0
0
100
0
0
100
Rata-rata
15
3
82
0
0
100
0
0
100

b)      Jagung (Zea mays)
Kelompok
Kontrol
2%
5%
N
A
M
N
A
M
N
A
M
1
88
0
12
96
0
4
0
0
100
2
100
0
0
40
12
48
0
0
100
3
96
0
4
96
0
4
0
0
100
4
84
16
0
0
0
100
0
0
100
Rata-rata
92
4
4
58
3
39
0
0
100

c)      Kacang Hijau(Phaseolus radiatus)
Kelompok
Kontrol
2%
5%
N
A
M
N
A
M
N
A
M
1
68
0
32
0
0
100
0
0
100
2
80
0
20
0
0
100
0
0
100
3
0
0
100
8
0
92
0
0
100
4
48
12
40
0
44
56
0
0
100
Rata-rata
49
3
48
2
11
87
0
0
100

KCT Jagung

Hari ke-
Jam
Etmal
Benih Normal
%KN
%kn/etmal
0
16.00
0
0
0
0
1
16.00
1
0
0
0
2
16.00
2
0
0
0
3
16.00
3
0
0
0
4
16.00
4
0
0
0
5
14.00
4,8
19
76
15,8
6
16.00
6
2
84
14
7
16.00
7
0
84
12

KCT Kacang Hijau
Hari ke-
Jam
Etmal
Benih Normal
%KN
%kn/etmal
0
16.00
0
0
0
0
1
16.00
1
0
0
0
2
16.00
2
0
0
0
3
16.00
3
0
0
0
4
16.00
4
0
0
0
5
14.00
4,8
15
60
12,5
6
16.00
6
0
60
10
7
16.00
7
0
60
8,6

KST Jagung
Hari ke-
Jam
Etmal
Benih Normal
%KN
%kn/etmal
5
16.00
5
25
100
20
7
16.00
7
0
100
14,29

KST Kacang Hijau
Hari ke-
Jam
Etmal
Benih Normal
%KN
%kn/etmal
5
16.00
5
17
68
13,6
7
16.00
7
0
68
9,7

 

4.2 Pembahasan

            Berdasarkan data diatas dan pengamatan yang dilakukan beberapa hari dapat diketahui bahwa uji keserempakan dan kekuatan tumbuh sangat mempengaruhi tingkat vigor suatu benih.Vigor benih dapat diamati melalui perlakuan NaCl pada benih.Dari data diatas , baik pada tomat , kacang hijau ataupun jagung memiliki tingkat berkecambah normal yang tinggi diatas 15% bahkan mencapai kisaran 90% . Pada perlakuan NaCl 2% , masih terdapat benih hidup akan tetapi kuantitasnya lebih rendah dari perlakuan kontrol.Terakhir pada perlakuan NaCl 5% , tidak ada satu benih pun yang mampu hidup. Artinya dari fakta ini , dapat diketahui bahwa benih masih bisa bervigor apabila kandungan garam dalam tanah tersebut masih diambang batas yakni 2%. Sedangkan tanah yang memiliki kandungan garam yang tinggi hingga mencapai 5% , benih cenderung mati atau tidak dapat mentolerir lingkungan tersebut.
            Pada benih jagung dan kacang hijau yang diamati unsur kecepatan dan keserempakan tumbuhnya rata-rata menunjukkan hasil yang baik. Hal tersebut dibuktikan dengan pencapaian hasil yang tinggi pada kecepatan maupun keserempakan tumbuhnya. Kecepatan tumbuh bahkan berkisar 15 % per etmalnya untuk jagung dan 12% untuk benih kacang hijau.Sedangkan pada keserempakan tumbuh mencapai kisaran 20% pada jagung dan 13 % pada kacang hijau.
Toleransi tanaman terhadap salinitas tergantung pada jenis dan tingkat pertumbuhan tanaman. Setiap tanaman mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap salinitas. Tanaman pertanian sangat peka terhadap kandungan garam dalam tanah. Benih yang ditanam di daerah dengan keadaan salinitas tinggi sangat sulit atau tidak dapat berkecambah sama sekali. Tanah salin merupakan salah satu jenis tanah marginal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik pada fase perkecambahan maupun fase lainnya.
 Pengaruh salinitas terhadap perkecambahan mencakup dua hal, yaitu pengaruh tekanan osmosis yang tinggi sehingga benih sulit menyerap air dan pengaruh kimia atau keracunan ion-ion spesifik yang menyusun garam
            Jadi tingginya tingkat keserempakan dan kecepatan tumbuh pada benih merupakan besarnya kekuatan vigor terhadap lingkungan suboptimum. Dan lingkungan suboptimum itu berupa kekeringan yang diidentikan dengan pemberian larutan NaCl ada perlakuan benih
           









BAB V

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat dari pratikum diatas adalah :
1.      Kesalahan dalam penyusunan benih atau peletakan yang tidak rapi dapat menyebabkan plumulanya membengkok sehingga menjadi benih abnormal
2.      Persentase keserempakan tumbuh benih yang rendah menunjukkan vigor yang rendah pula
3.      Benih dikatakan vigor apabila menunjukkan kekuatan dan keserempakan tumbuh yang homogen
4.      Faktor yang mempengaruhi keserempakan dan kecepatan tumbuh benih antara lain mutu benih yang rendah , kurang selektif dalam memilih benih dan faktor lingkungan itu sendiri saat dilakukannya pratikum
5.      Benih masih bisa mentolerir tanah salin yang mengandung garam sebesar 2% , namun apabila telah mencapai 5% atau lebih benih sudah tidak bisa tumbuh
6.      Pratikum ini dilakukan karena  mengingat kondisi tanah Indonesia yang kebanyakan mengandung tanah salin
7.      Pengujian keserempakan dan vigor benih bertujuan mengetahui benih bervigor yang mampu hidup dikondisi suboptimum








DAFTAR  PUSTAKA

http//www.google.com/bab i-pendahuluan-html//diakses tanggal 18 desember 2012
Qadir,A.2012.Hand Out Pengantar Teknologi Benih.IPB:Bogor
Sadjad,Sjamsoe’oed.1993.Dari Benih Kepada Benih.PT Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta
Sutopo , lita. 1993. Teknologi Benih  Fakultas Pertanian UNIBRAW . Pt raja grafindo Persada , Jakarta

Comments

Popular Posts