laporan akhir pratikum hortikultura
LAPORAN AKHIR PRATIKUM
BUDIDAYA TANAMAN
HORTIKULTURA PPP 105
Kelompok
1.P2
Nama
Angota Kelompok
Fitri
Royani J3W412002
Mira
Aryuni J3W412005
Syarif
Hidayatullah J3W412036
Dian
Nisa Fitri J3W412043
M.Nur
Ajiz Ramli J3W412050
PROGRAM KEAHLIAN PRODUKSI
DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TERPADU
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
2013
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kata
hortikultura ( horticulture ) berasal
dari bahasa latin, yakni hortus yang
berarti kebun dan colere yang berarti
menumbuhkan (terutama sekali mikroorganisme) pada suatu medium buatan (Zulkarnain 2010). Secara harfiah,
hortikultura berarti ilmu yang mempelajari pembudidayaan tanaman kebun atau
tanaman sayuran, buah-buahan, bunga-bungaan dan tanaman hias serta tanaman
obat. Orang yang ahli mengenai hortikultura dikenal sebagai hortikulturist.
Pada umumnya, isi kebun di Indonesia
berupa tanaman sayuran, tanaman hias dan wangi- wangian, tanaman bumbu masak,
tanaman obat- obatan, dan tanaman penghasil rempah. Sedangkan di negara maju,
budidaya tanaman hortikultura sudah merupakan suatu usaha tani yang berpola
komersial. Yaitu diusahakan secara monokultur di ladang produksi yang luas. Seiring
dengan semakin pentingnya kedudukan hortikultura dalam kehidupan sehari-hari sebagai
sumber vitamin dan mineral disamping sebagai bahan baku produk olahan, pengusahaan
hortikultura di Indonesia kini mulai dilakukan secara monokultur dan dikelola
secara agribisnis.
Tanaman-tanaman yang digolongkan ke
dalam tanaman hortikultura sangat luas dan beragam, namun tanaman hortikultura
memiliki banyak kesamaan pokok. Diantaranya mudah rusak; mutu produk ditentukan
oleh kandungan air; ketersediaan bersifat musiman; harga produk ditentukan oleh
kualitas; dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit; sebagai sumber
vitamin dan mineral serta berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan rohani. Oleh
karena itu, tanaman hortikultura bersifat padat modal dan padat karya. Sehingga
membutuhkan masukan yang tinggi, namun menghasilkan keluaran yang tinggi pula
persatuan luas dan persatuan waktu.
Budidaya tanaman hortikultura
menghendaki perhatian yang serius, khususnya dalam penentuan persyaratan
ekologinya, hal ini dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
hortikultura sangat tergantung pada keadaan ekologi tempat tanaman tersebut
tumbuh. Apabila tanaman tersebut diusahakan pada lingkungan yang memenuhi
kebutuhan syarat tumbuhnya, dapat dipastikan tanaman tersebut akan tumbuh dan
berproduksi secara maksimal. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan
dan produksi tanaman hortikultura dapat dipengaruhi oleh faktor iklim dan
faktor medium tumbuh.
Melihat
dari prospek produk hortikultura tersebut, kami tertarik untuk membudidayakan
komoditas tanaman hortikultura baik dari tanaman sayuran, buah-buahan, tanaman
hias terkecuali tanaman obat. Untuk itu kami melakukan praktikum budidaya
tanaman hortikiltura. Kegiatan yang kami lakukan adalah budidaya sayuran,
aklimatisasi anggrek dan repoting anthurium.
Tujuan
Dalam praktikum mata kuliah budidaya
tanaman hortikultura, memiliki beberapa tujuan yaitu:
1. Mengetahui
pengertian dan ciri- ciri tanaman hortikultura;
2. Mengetahui
cara pembudidayaan beberapa komoditas yang ada di tanaman hortikultura;
3.
Mengetahui cara
perkembangbiakan secara vegetatif, yaitu grafting,
budding dan air layering;
4. Mengetahui
cara perkembangbiakan secara generatif, yaitu dengan menggunakan biji;
5. Mengetahui
cara aklimatisasi tanaman anggrek dan repoting anthurium; dan
6. Mengetahui
teknik penanaman tanaman hortikultura baik secara langsung yaitu tugal maupun
secara tidak langsung yaitu tray semai beserta alasannya.
TINJAUAN
PUSTAKA
Budidaya yang Dilakukan
Perbanyakan secara
vegetatif
Tanaman dapat diperbanyak dengan cara
vegetatif dan generatif, yang membedakan keduanya adalah bahan yang digunakan
dalam perbanyakannya. Perbanyakan tumbuhan dengan cara generatif menggunakan
biji sebagai bahan media tanam. Sedangkan perbanyakan tumbuhan dengan cara
vegetatif menggunakan bahan tanam selain biji, dapat berupa cabang, batang,
akar dan daun. Pemilihan dua cara tersebut tergantung pada beberapa hal,
diantaranya: tersedianya bahan tanam, sifat tanaman, ketersediaan tenaga
terampil, alat, atau srana serta tujuannya (Salisbury & Cleon 1995).
Dengan cara diokulasi
dapat diperoleh tanaman yang dengan produktivitas yang tinggi. Pertumbuhan
tanaman yang seragam. Penyiapan benih relatif singkat (I Made 2006).
Terkadang suatu tanaman
hasil okulasi ada yang kurang normal. Hal ini terjadi karena tidak adanya keserasian atau
kecocokan antara batang bawah dengan batang atas (entres) perlu menggunakan
tenaga ahli untuk pengokulasian ini. Bila salah satu syarat dalam kegiatan
pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh
sangat besar (Irianto 2000).
Syarat tanaman dapat
diokulasi yaitu : tanaman tidak sedang Flush (sedang tumbuh daun baru) antara
batang atas dan batang bawah harus memiliki umur yang sama. Tanaman harus masih
dalam satu family atau satu genus. Umur tanaman antara batang atas
dan batang bawah sama. Pada klon yang dijadikan batang bawah memiliki perakaran
yang kuat atau kokoh, tidak mudah terserang penyakit terutama penyakit akar,
mimiliki biji atau buah yang banyak yang nantinya disemai untuk dijadikan
batang bawah, umur tanaman induk pohon batang bawah yang biji/buahnya akan
dijadikan benih untuk batang bawah minimal 15 tahun, memiliki pertumbuhan yang
cepat. Pada klon yang akan dijadikan batang atas atau entres tanaman harus
memiliki produksi yang unggul, dan pertumbuhan yang cepat, dan tahan terhadap
penyakit (http://bebas.vlsm.org).
Salah satu metode yang sering dilakukan dalam
usaha pembudidayaan tanaman dengan cara vegetatif buatan adalah dengan cara
cangkok. Mencangkok merupakan usaha yang dilakukan untuk memeperbanyak diri
dengan menggunakan batang apikal yang masih tumbuh. Mencangkok hanya dapat
dilakukan pada tanaman dikotil yang mempunyai kambium Pada tanaman monokotil
yang tidak mempunyai kambium dan cenderung tumbuh merambat dan berbatang kecil.
Selain itu, pada tanaman monokotil yang tifak memiliki kambium apabila
dilakukan penyayatan pada batang tanaman akan langsung melukai jaringan
pengangkut (floem dan xilem) (Ashari
1995).
Tanaman berkayu hampir semuanya dapat
dicangkok dan pengerjaan cangkok sebenarnya sangat mudah, hanya saja perlu
memperhatikan beberapa hal saja yaitu waktu mencangkok, pemilihan batang dan
pemeliharaan cangkokan. Pilihlah batang yang tidak terlalu tua, kuat, subur dan
tidak mengandung penyakit. Lebih bagus lagi bila banyak buahnya. Cangkok baik
dilakukan pada saat musim penghujan. Selain cangkok, stek juga termasuk
perkembangbiakan buatan yang mudah untuk dilakukan (Fiqa 2007).
Puring (Codiaeum variegatum) adalah tanaman hias pekarangan populer berbentuk perdu dengan bentuk dan warna daun yang sangat bervariasi. Beragam kultivar telah dikembangkan dengan variasi warna
dari hijau, kuning, jingga, merah, ungu, serta campurannya. Bentuk daun pun
bermacam-macam: memanjang, oval, tepi bergelombang, helainya
"terputus-putus", dan sebagainya. Secara botani, puring adalah kerabat jauh singkong serta kastuba. Ciri yang sama adalah batangnya menghasilkan
lateks berwarna putih pekat dan lengket, yang merupakan ciri khas suku Euphorbiaceae. Puring berasal dari kepulauan Nusantara namun kini telah tersebar di seluruh
daerah tropika dan subtropika, serta menjadi salah
satu simbol turisme. (id.wikipedia.org/wiki/Puring).
Tanaman ini tumbuh dan tersebar dari daerah
beriklim panas hingga daerah subtropika. Hingga saat ini belum ada data pasti
yang menunjukkan asal tanaman ini. Menurut beberapa sumber pustaka, puring
sudah lama ada di Indonesia dan pertama kali ditemukan di kepulauan Maluku yang
dimanfaatkan sebagai tanaman pagar atau pekuburan. Di setiap daerah puring
memiliki nama berbeda-beda. Di Sumatra dikenal dengan nama tarimas, siloastam
(Batak), nasalan (Nias), Pudieng (Minangkabau, Lampung). Di jawa dikenal dengan
nama puring (Sunda, Jawa), Karoton (Madura). Di Nusa Tenggara dikenal dengan
nama demung, puring (Bali), daun garida (Timor). Di kalimantan di kenal dengan
nama uhung dan dolok. Di Sulawesi : dendiki (Sangir), Kejondon, Kalabambang,
dudi, leleme, kelet, kedondong disik (Minahasa), nuniki balano (Buol), balenga
semangga (Makassar), dahengora, mendem (Manado). Di Maluku dikenal dengan nama
susurite, salu-salu, fute, ai haru, sinsite, siri-siri (Seram), galiho,
dahengaro, salubuto (Halmahera), dahengora, daliho (Ternate, Tidore). (http://www.kaskus.us)
Perkembangbiakan secara
generatif
Duku (Lansium
domesticum L.) merupakan tanaman berupa pohon yang berasal dari
Indonesia.Tanaman ini dapat tumbuh baik di dataran rendah sampai pada
ketinggian 500 m dpl. Dengan tipe iklim basah sampai agak basah dengan curah
hujan antara 1500-2500mm pertahun dan merata sepanjang tahun. pH tanaman yang
baik adalah 6-7 dan tanaman ini relatif lebih toleran terhadap keadaan tanah. (
Setiawan.I.A 2001 )
Alpukat (Persea Americana,
Mill) merupakan jenis tanaman yang termasuk famili Lauraceae, genus Parsea
dan spesies americana. Tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa
pohon dengan nama alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah
pokat, jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat
(Lampung) dan lain-lain. Tanaman alpukat berasal dari dataran rendah/tinggi
Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Secara
resmi antara tahun 1920-1930 Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas alpukat
dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas
unggul (Rismunandar 1981).
Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.)
berasal dari Semenanjung Malaysia, merupakan sumber protein, vitamin dan
mineral, juga mengandung bahan antioksidan yang mampu menunda penuaan sel dan
jaringan serta mencegah kanker (Ashari 2006; Rai dan Poerwanto 2008). Pohon
manggis berdaun rapat (rimbun), tingginya dapat mancapai 6 - 25 m, batangnya
lurus, cabangnya simetris membentuk piramid ke arah ujung tanaman, dan bentuk
kanopinya sangat baik untuk hiasan di pekarangan. Duduk daun berlawanan, tangkai
daun pendek. Bunganya soliter atau berpasangan di ujung tunas, tangkai bunga
pendek dan tebal (Ashari 2006).
Tanaman jambu biji (Psidium
guajava L.) merupakan tanaman buah daerah tropis dan dapat juga tumbuh di
daerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan 1.000-2.000 mm/tahun dan pada
suhu 23-280C di siang hari. Tanaman jambu biji sebenarnya dapat tumbuh pada
semua jenis tanah dengan derajat keasaman (pH) 4,5-8,2 dan pada ketinggian
5-1.200 m dpl. Pembibitan pohon jambu biji dilakukan melalui sistem pencakokan
dan okulasi, dan dapat juga dengan menanam biji secara lansung. Tanaman dari
biji biasanya berbuah 2-3 kali setahun. Tanaman dari okulasi dan cangkok dapat
berbuah tiap bulan (Anonimus 2010).
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Praktikum
budidaya tanaman hortikultura dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2013 hingga
tanggal 14 Mei 2013. Praktikum dilaksanakan setiap hari Selasa, yang dimulai pukul
07.00 WIB hingga selesai. Praktikum ini dilaksanakan di lahan Gunung Gede dekat
processing benih.
Bahan
dan Alat
Praktikum
budidaya tanaman hortikultura ini menggunakan beberapa alat yaitu: cangkul, tugal,
kored, meteran, garpu, tray semai, bambu, ember, timbangan digital, gembor,
pisau, pinset, gabus, planlet anggrek, hand
sprayer dan gelas plastik berbagai ukuran. Sedangkan bahan yang diperlukan
adalah: furadan, benih bayam, benih pakchoy, benih kacang panjang, benih
selada, benih kangkung, benih terong ungu, benih caisim, kompos, tali rafia, pupuk
majemuk NPK mutiara 15:15:15, pupuk daun Gandasil D, air, buah duku, buah
jambu, buah alpukat, buah manggis, polybag, tanaman kangkung, tanaman caisim,
tanaman bayam, tanaman tomat, tanaman terung ungu, label, tanaman sawo, tanaman
lengkeng, tanaman jambu, tanaman nangka, plastik mambo, tanaman pakchoy, tanaman tomat,
tanaman terung ungu, tanaman anggrek, pakis kering, moss, dithane, gelas plastik air mineral bekas, tanah, hormon auksin dan
pembungkus.
Metode
Pelaksanaan
1. Vegetatif
Perkembangbiakan
tanaman secara vegetatif diantaranya adalah grafting,
budding dan air layering. Dalam kegiatan grafting atau sambung pucuk langkah
pertama yang harus dilakukan adalah tanaman yang hendak digrafting dipilih dengan memiliki sifat sesuai dengan syarat tanaman
yang dijadikan batang bawah. Selanjutnya tanaman yang dijadikan batang atas
dipilih yang sesuai dengan batang bawah. Tanaman yang dijadikan batang bawah
dan atas dibuang daunnya. Pada tanaman untuk batang bawah dipotong pada bagian
yang tepat untuk dijadikan bagian grafting
dengan cara tanaman tersebut dibengkokkan dan bagian tanaman yang tidak
membengkok paling atas dijadikan sebagai bagian yang akan digrafting. Kemudian bagian tanaman yang
dipotong disayat sedikit sehingga terbentuk seperti huruf V. Kemudian pada
ujung batang atas dilancipkan dan diletakkan pada bagian batang bawah yang
seperti huruf V tadi. Bagian yang digrafting
diikat dengan cara dililit tetapi jangan terlalu kuat dan jangan terlalu
longgar. Kemudian tanaman yang digrafting ditutup dengan plastik untuk
menjaga kelembapan didalamnya. Selanjutnya tanaman yang digrafting diberi label. Hal hal yang perlu
dicantumkan pada label diantaranya kelompok, tanggal pelaksanaan dan nama
komoditas.
Pada
kegiatan budding atau tempel mata
tunas, langkah pertama yang dilakukan adalah bagian tanaman yang akan dibudding dipilih sesuai dengan ketentuan.
Selanjutnya mata tunas dipilih dengan cermat pada sumber mata tunas. Kemudian bagian
mata tunas disayat hingga mata tunas terangkat. Pada bagian batang bawah
disayat sedikit hingga membentuk seperti jendela namun jangan sampai terkena
kambium. Kemudian mata tunas dipisah dari kulit dan tempelkan mata tunas pada jendela
batang bawah. Bagian jendela batang bawah diikat cara dililit dengan
menggunakan plastik yang telah ditarik. Tanaman yang dibudding ditutupi dengan plastik agar kelembapannya terjaga dan
diberi label.
Pada
perbanyakan dengan cangkok, hal pertama yang harus dilakukan adalah tentukan jenis
tanaman yang akan dicangkok dimana tanaman tersebut diberi perlakuan 2(dua)
cangkokan yaitu dengan hormon auksin dan tanpa auksin. Kemudian kulit tanaman
disayat sekitar 7 cm. Setelah itu, permukaan kambium dikerok/dikikis untuk
menghilangkan lendir. Tanah diisi kedalam media plastik dan dilembabkan dengan
air. Selanjutnya plastik tadi dibelah bagian tengahnya. Sayatan yang telah
dibuat tadi lalu dibungkus dengan plastik yang telah berisi tanah yang
dilembabkan dan diikat dengan tali rafia. Untuk perlakuan hormon auksin, sebelum
diikat dengan tali rafia auksin disiram dahulu kemedia tanah. Tahap akhir yakni
pencangkokan tadi diberi label sesuai perlakuan.
2. Generatif
Pada
perbanyakan generatif, bagian tanaman yang digunakan adalah biji. Tanaman yang
diperbanyak dengan biji tersebut antara lain alpukat, manggis, duku dan jambu
biji. Sebelum biji-biji tersebut ditanam kemedia polybag, biji-biji tersebut
harus diekstraksi terlebih dahulu. Ekstraksi dapat dilakukan dengan abu gosok
dan pasir. Setelah biji diekstraksi, biji dicuci bersih dengan air. Disamping
itu, media tanam harus disiapkan berupa polybag
yang berisi campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1. Lubang
tanam dibuat sekitar 1 cm lalu diisi dengan biji-biji tersebut beserta furadan.
Setelah semua biji ditanam, lubang tersebut ditutup dan disiram air.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perbanyakan dengan
Vegetatif
Pada
pratikum ini, tanaman yang digrafting adalah
sawo dan lengkeng. Sebaliknya tanaman yang dibudding adalah nangka dan jambu
biji. Berikut tabel hasil mengenai grafting dan budding
No
|
Jenis Tanaman
|
Jumlah
|
DB (%)
|
1
|
Jambu
|
2
|
0
|
2
|
Nangka
|
2
|
0
|
3
|
Sawo
|
4
|
0
|
4
|
Lengkeng
|
4
|
0
|
Dari
tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa semua tanaman baik itu jambu,
nangka, sawo dan lengkeng yang telah digrafting maupun dibudding tidak berhasil
sama sekali. Kegagalan ini dapat disebabkan oleh teknik perbanyakan yang salah,
kurangnya perawatan terhadap tanaman dan ikatan pada tanaman yang kurang
kencang. Grafting dan budding adalah
istilah yang digunakan untuk menghubungkan batang bawah dan batang atas
dari tanaman yang berbeda, sehingga membentuk persenyawaan. Kombinasi ini akan
terus tumbuh membentuk tanaman baru (Purnamasari 2012).
Perbedaan
grafting dan budding terletak pada proses pelaksanaan penyambungan. Meskipun
keduanya merupakan teknik perbanyakan vegetatif, namun pada sistem grafting,
penyambungan dilakukan dengan menghubungkan batang atas dan batang bawah.
Sedangkan pada budding, digunakan penempelan mata tunas. Keuntungan dari sistem
ini adalah dihasilkannya tanaman individu dengan sifat baru dimana produksinya
lebih cepat dan sesuai dengan keinginan.
Cangkok atau air layering adalah cara perkembangbiakan pada tumbuhan dengan menanam batang
atau dahan yang diusahakan berakar terlebih dahulu sebelum di potong dan di
tanam di tempat lain. Tidak semua tumbuhan bisa di cangkok. Tumbuhan yang bisa di
cangkok hanyalah tumbuhan dikotil dan tumbuhan biji terbuka. Cara perkembangbiakan
dengan mencangkok akan sangat istimewa terutama untuk buah-buahan. Karena rasa
dan bentuk buah yang dihasilkan biasanya akan sama persis dengan induknya.
Berbeda jika perkembang biakan di lakukan dengan menanam biji, terkadang
tanaman yang dihasilkan tidak sama dengan kriteria yang dimiliki oleh induknya.
Dalam pratikum kali ini, tanaman yang dicangkok antara
lain puring, nangka, lamtoro dan sirsak. Kelompok kami mendapatkan pencangkokan
tanaman puring. Ada 2 perlakuan yakni dengan penambahan hormon auksin dan tanpa
auksin. Perlakuan dengan hormon auksin diharapkan menunjukkan keberhasilan yang
tinggi karena auksin berperan dalam mempercepat pertumbuhan akar. Penggunaan
hormon auksin lebih memberikan keuntungan daripada pencangkokan tanpa hormon. Oleh karena itu,
dalam melakukan pencangkokan diharapkan menggunakan tambahan hormon auksin agar
akar lebih cepat tumbuh sehingga tanaman tidak mudah rebah yang pada akhirnya
akan cepat berbuah.
Perbanyakan dengan
Generatif
Perbanyakan generatif
dilakukan dengan biji. Adapun tanaman yang diperbanyak dengan biji yaitu
alpukat, manggis, duku dan jambu biji. Berikut tabel hasil daya berkecambahnya
No
|
Jenis Tanaman
|
DB
|
Minggu ke-
|
1
|
Manggis
|
⅛ x 100 = 12,5%
|
1
|
2
|
Duku
|
0%
|
1
|
3
|
Jambu Biji
|
19/24 x 100 = 79%
|
2
|
4
|
Alpukat
|
0%
|
2
|
Dari
tabel diatas dapat diketahui bahwa daya berkecambah manggis adalah 12,5% pada
minggu pertama dan daya berkecambah jambu biji 79% pada minggu kedua. Akan
tetapi, untuk alpukat dan duku tidak tumbuh baik minggu pertama maupun minggu
kedua. Kegagalan ini disebabkan pemeliharaan yang tidak intensif dari kelompok
kami. Kami jarang menyiram tanaman tersebut sehingga tanaman tersebut mengalami
kekeringan dan mati.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Hortikultura
adalah ilmu yang mempelajari tentang budidaya sayuran, buah- buahan, hias dan
obat. Pada saat ini, hortikultura menjadi suatu usaha tani yang bersifat
komersial sehingga perlu adanya usaha pengembangan yang modern.
2. Perkembang
biakan secara vegetatif adalah perkembang biakan dengan dengan menggunakan
bagian tanaman yang bukan reproduksi. Yangvtermasuk poerkembang biakan secara
vegetatif adalah grafting, budding dan cangkok
3. Perkembang
biakan secara generatif adalah perkembang biakan dengan menggunakan biji yang
mewrupakan hasil dari fertilisasi.
4. Aklimatisasi
adalah prosesatau masa adaptasi tanaman hasil kultur jaringan dari lingkungan
yang terkendali ke lingkungan yang tidak terkendali.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S. 1995. Holtikultura. Aspek Budidaya. UI-Press. 485 hal.
Ashari.
1995. Biologi 3 SMA/MA Kelas XII.
Jakarta: Yuhistira
Fika
, dkk. 2007. Biologi 3 SMA dan MA Untuk
Kelas XII . Jakarta: esis
Gunawan.
I. 2004. Perkembangbiakan Vegetatif.
Klaten : Aviva
Harjadi,
Rochiman,dkk.1993. Evaluasi mandiri
biologi SMU. Jilid 3:Erlangga
Kalie. 2002. Effect of Shade on the Growth and Mineral Nutrition of C4 Perennial
Grass Under Field Conditions. Plant and Soil 188:227-237
Pratiwi, dkk. 2004. Physiology of Crop Plants. Diterjemahkan oleh H.Susilo. Jakarta.
Universitas Indonesia Press.
Prawiro hartono, Slamet. 2005. Sains Biologi Untuk SMA kelas 3.
Jakarta: Erlangga
Rochiman, K. dan S. S. Harjadi. 1973. Pengembangbiakan Vegetatif. Departemen
Agronomi Fakultas Pertanian IPB
Setiawan,
A. 1990. Pengantar Produksi Benih.
Bandung :Fakultas Pertanian ITB
Setiawan Dan Mugnisjah. 1995. Biochemical Changes in Low Irradiance
Tolerant and Succeptible Rice Cultivars. Biol. Plantarum. 36(2): 237-242.
Setiaderadja. 2000. Adaptasi Kedelai terhadap Naungan : Studi Morfologi dan Anatomi.
Tesis S2. Program Pascasarjana. IPB Bogor.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Taksonomi Umum. Yogjakarta : Gajah
Mada University Press
Tobing, Roni.1998. Menabur Benih Menuai Hasil. Jakarta : Yayasan Patmos
Widyayanto,R.
2007.Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi.
Jakarta:
Penebar swadaya
Zulkarnain.
2010. Dasar-Dasar Hortikultura.
Jakarta (ID). Bumi Aksara
Comments
Post a Comment