I.
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Bakteri mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat
yang khas. Bakteri merupakan mikroorganisme yang berukuran mikroskopik. Selain
mikroskopik, bakteri juga hampir tidak berwarna atau transparan dan kontras
dengan air. Sehingga melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat
sulit. Bakteri dapat diklasifikasikan
menjadi aerob dan anaerob. Perbedaan utama antara kedua adalah kenyataan bahwa
bakteri aerobik membutuhkan oksigen untuk tetap hidup, sementara bakteri anaerob
tidak bergantung pada oksigen untuk proses metabolisme dan kelangsungan hidup.
Sedangkan aerob dapat berkembang di habitat yang memiliki oksigen berlimpah,
anaerob dapat mati dalam dengan adanya oksigen. Jenis bakteri memang memiliki
keunggulan pertumbuhan area tubuh tidak terpapar oksigen, dan mereka bisa
menjadi patogen virulen. Perbedaan kapasitas untuk memanfaatkan oksigen antara
aerob dan anaerob penting dalam pengobatan infeksi tubuh (Lay, 1994)
Identifikasi
dan determinasi suatu biakan murni bakteri yang diperoleh dari hasil isolasi
dapat dilakukan dengan cara pengamatan sifat morfologi koloni, morfologi sel
bakteri, pengujian sifat-sifat fisiologi dan biokimianya. Selain itu,
identifikasi juga dapat dilakukan dengan penguraian sifat patogenitas dan
serologinya. Pertumbuhan bakteri di alam dipengaruhi oleh beberapa faktor luar
seperti susbtrat, pertumbuhan , pH, temperatur, dan bahan kimia. Bakteri yang
nampak dapat memiliki morfologi yang sama, namun keperluan nutrisi dan
persyaratan ekologinya berbeda. Untuk pengamatan morfologi bakteri dengan jelas
,tubuhnya perlu diisi dengan cat warna, pewarnaan ini disebut pengecatan ekteri
(Ratna,1990).
Karakterisasi merupakan salah satu kegiatan
yang dilakukan untuk mengobservasi bakteri maupun kapang hasil isolasi
(isolat). Kegiatan karakterisasi dapat dilakukan berdasarkan sifat sitologi
(bentuk sel, gerak atau motilitas, sifat Gram dan endospora), sifat morfologi,
dan sifat fisiologi. Uji sifat morfologi mencakup sifat-sifat koloni, seperti
ukuran, bentuk, warna dan tepian, sedangkan uji sifat fisiologi diantaranya uji
hidrolisis pati, hidrolisis lemak, hidrolisis protein dan uji katalase
(Subandi, 2009).
Uji
fisiologis bakteri dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri berdasarkan
aktivitas selnya. Bakteri yang dapat menghidrolisis pati mempunyai aktivitas
amilolitik, yaitu menghasilkan enzim amilase yang dapat mengubah pati menjadi
molekul-molekul gula sederhana (monosakarida) untuk kebutuhan metabolisme sel.
Aktivitas tersebut ditandai dengan adanya zona bening di sekeliling koloni pada
uji hidrolisis pati (Hadioetomo, 1993). Dalam kegiatan pratikum kali ini yang
akan dilakkan adalah uji fluoresensi, uji gram positif dan negative, uji
virulensi dan uji pembususkan pada kentang.
Uji Fluoresensi adalah uji yang dilakukan pada media
King’s B untuk mengetahui suatu bakteri tergolong dalam kelompok bakteri
berpendar atau tidak. Media King’s B adalah media yang miskin Fe. Dengan
demikian, akan memacu bakteri untuk berpendar agar dapat menyerap Fe. Uji virulensi
adalah untuk menguji apakah suatu pathogen tersebut tergolong bakteri virulen
atau avirulen. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan media TZC (Tetra
Zolium Chloride). Jika virulen, maka bakteri akan berwarna pink dengan pinggir
putih sedangkan yang avirulen akan terbentuk koloni berwarna merah.
Pewarnaan Gram (Gram Stain), yang dapat digunakan
untuk memisahkan anggota- anggota dominan bakteria ke dalam dua kelompok
berdasarkan perbedaan dinding selnya. Bakteri gram positif memiliki dinding sel
yang lebih sederhana,dengan jumlah peptidoglikan yang relatif banyak. Dinding
sel bakteri gram-negatif memiliki peptidoglikan yang lebih sedikit dan secara
struktural lebih kompleks. Membran bagian luar pada dinding sel gram-negatif
mengandung lipopolisakarida, yaitu karbohidrat yang terikat dengan lipid.
Diantara bakteri patogen,yang menyebabkan penyakit, spesies gram-negatif
umumnya lebih berbahaya dibandingkan dengan spesies gram-positif. Untuk uji
pembusukan kentang dilakukan dengan menginokulasikan inokulum kemedia kentang
yang sehat.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam pratikum kali ini adalah untuk
mengetahui jenis bakteri yang tergolong bakteri virulen/avirulen, gram
positif/negatif, berpendar/tidak dan mengetahui jenis bakteri yang dapat
membusukkan kentang. Selain itu, untuk mengetahui teknik dalam proses pengujian
tersebut.
II.
METODOLOGI
2.1
Waktu Pelaksanaan
Pratikum ini dilaksanakan pada Senin, 5 Mei 2014
bertempat di Laboratorium CB BIO Kampus Cilibende Diploma Institut Pertanian
Bogor.
2.2 Alat Bahan
Cawan petri Inokulum
Bakteri Pseudomonas fluorescent
Jarum Ose Inokulum
Bakteri Ralstonia solanacearum
Bunsen Sil
Cover glass Kentang
Tisu
Sedotan
Wortel
Busuk
Media TZC
dan King’s B
Alkohol
Air
2.3
Langkah Kerja
2.3.1
Uji Fluoresensi
a) Siapkan
alat dan bahan
b) Besihkan
tempat dan tangan pratikan dengan menggunakan alkohol 70%
c) Panaskan
media berisi bakteri Pseudomonas
fluorescent didekat bunsen sambil melepaskan ikatan silnya
d) Panaskan
jarum ose lalu dikering-anginkan
e) Ambil
inokulum lalu lakukan penggoresan bakteri pada media King’s B sesuai pola
f) Tutup
media yang telah digoreskan bakteri dengan sil
g)
Lakukan pengamatan pola pembentukan koloninya
(2)
(1)
(3) (4)
2.3.2 Uji Virulensi
a) Siapkan
alat dan bahan
b) Besihkan
tempat dan tangan pratikan dengan menggunakan alkohol 70%
c) Panaskan
media berisi bakteri Ralstonia
solanacearum didekat bunsen sambil melepaskan ikatan silnya
d) Panaskan
jarum ose lalu dikering-anginkan
e) Ambil
inokulum lalu lakukan penggoresan bakteri pada media TZC sesuai pola
f)
Tutup media yang telah digoreskan bakteri dengan sil
g)
Lakukan pengamatan pola pembentukan koloninya
(1) (2)
(3) (4)
2.3.2
Uji Gram Positif dan Negatif
a) Ambil
objek glass dan tetesi KOH 3% 1 tetes
b) Ambil
biakan menggunakan jarum ose yang telah dibakar lalu diaduk pada cover glass
tersebut
c)
Setelah homogen, lalu angkat jarum ose tersebut. Apabila lengket dan berlendir maka tergolong bakteri gram negative
(1)
(2)
(3) (4)
(5) (6)
2.3.3
Uji Pembusukan Bakteri pada Kentang
a) Sediakan
alat dan bahan
b) Basahi
tisu dengan sedikit air hingga lembab lalu letakkan dalam cawan petri
c) Letakkan sedotan diatas tisu secara vertikal dan
horizontal
d) Potong
kentang bentuk bulat dan letakkan didalam cawan petri yang telah terdapat
sedotan dan tisu
e) Inokulasikan
inokulum diatas kentang tersebut. Lakukan sesuai perlakuan apakah Pseudomonas fluorescent, Ralstonia solanacearum, wortel busuk
ataupun air
f) Tutup
cawan petri dan lapisi dengan sil
(1)
(2)
(3) (4)
(5) (6)
III.
PEMBAHASAN
3.1
Uji virulensi
Kelompok
|
Waktu
Inkubasi (hari)
|
1
|
1
|
2
|
-
|
3
|
1
|
4
|
1
|
5
|
1
|
Nb: kelompok 2
tidak mendapat perlakuan uji virulensi
Uji
virulensi dilakukan untuk mengetahui kelompok bakteri yang tergolong virulen
atau avirulen. Artinya, apakah bakteri tersebut menjadi patogen bagi tanaman
atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan menginokulasikan bakteri Ralstonomia solanacearum pada media TZC. Isolat R. solanacearum cepat kehilangan virulensi
ketika dipelihara pada media laboratorium. Namun, organisme dengan mudah dapat
dipertahankan selama bertahun-tahun dalam air suling steril atau miring
agar-agar ditutupi dengan minyak mineral steril dan disimpan pada suhu kamar.
Jadi alasan TZC digunakan untuk Ralstonia
solanacearum adalah supaya lebih mudah diisolasi dan organisme dengan mudah
dapat dipertahankan selama bertahun-tahun.
Dalam pratikum yang telah dilaksanakan, rata-rata waktu
inkubasi yang ditunjukkan sampai terjadi gejala adalah 1 hari. Dimana, dalam
waktu 24 jam tersebut telah terdapat koloni bakteri berwarna merah yang
menunjukkan bahwa bakteri ini tidak bersifat virulen (G1). Hal ini sesuai pernyataan bahwa bakteri
yang virulen menunjukkan bentuk koloni tidak beraturan, berlendir warna merah
muda dibagian tengah, dan dikelilingi lendir berwarna putih susu kotor dengan
elevasi dari permukaan koloni agak sedikit konveks. Sedangkan koloni nonvirulen
berwarna
merah dan merah kebiruan atau ungu, tidak berlendir dan elevasi agak menonjol
(Brown et al.1980).
Bakteri R. Solanacearum akan
tumbuh membentuk koloni. Ciri-ciri koloni bakteri berbentuk bulat cembung,
pinggir rata, berwarna putih susu kebasah – basahan. Karakteristik bakteri R.
Solanacearum adalah memliliki gram negatif, berbentuk batang lurus atau
bengkok, ukuran (0,5 – 1,0 μm) x (1,5 – 4,0 μm) memiliki satu atau lebih
flagela polar, katalase positif dan bersifat aerobik. Namun identifikasi
bakteri ini sangat sulit dan memerlukan kombinasi uji fisiologi biokimia, media
selektif dan uji patogenetitas. Sedangkan bakteri patogen lain relatif lebih
sederhana dan hanya memerlukan beberapa pengujian (Mehan, 1995).
3.2
Uji Gram Bakteri
Secara teoritis gram (+) memiliki dinding sel yang tebal
dan lemak yang tipis sedangkan gram (-) berlemak tebal dan berdinding sel tipis
yang berada di ruang periplasma. KOH akan menyerang lemak (bilayer lipid) ini
dan membuat sel gram (-) pecah. Pecahnya sel melepaskan materi genetik (DNA)
yang merupakan substansi melimpah di dalam sel bakteri. Molekul DNA sangat
panjang bersifat sticky strings (menyerupai lendir, getah atau dapat berarti
lengket) yang memberikan hasil seperti lendir saat diangkat dengan jarum
inokulum (Edwin, 2011).
Pewarnaan
gram dan spora dapat dilakukan dalam uji sifat sitologi suatu bakteri. Prinsip
pewarnaan gram adalah kemampuan dinding sel terhadap zat warna dasar (Kristal
violet) setelah pencucian alkohol 96%. Bakteri gram positif terlihat berwarna
ungu karena dinding selnya mengikat kristal violet lebih kuat, sedangkan sel gram
negatif mengandung lebih banyak lipid sehingga pori-pori mudah membesar dan kristal
violet mudah larut saat pencucian alkohol. Pewarnaan spora dilakukan untuk
mengetahui ada atau tidaknya spora pada bakteri. Spora dapat terbentuk saat
kondisi tidak memungkinkan pertumbuhan bakteri. Spora juga mampu mengikat warna
lebih cepat dan sukar melepaskannya (Fardiaz 1989).
Pada umumnya jarang atau tidak
terjadi kebingungan dalam memutuskan adanya lendir atau tidak meskipun beberapa
kultur bereaksi secara lambat. Namun jika bakteri yang dicampur terlalu
sedikit, dikhawatirkan hasilnya akan salah. Lebih baik pada saat melakukan uji
ini menggunakan latar belakang warna hitam. Metode ini tidak disarankan pada
kultur yang berusia beberapa minggu.Dari uraian tersebut, dapat dinyatakan
bahawa penentuan sifat gram dengan KOH 3% (disebutKOH string test) memiliki
hasil yang sama dengan pewarnaan gram. Keunggulannya jelas terlihat yaitu
sederhana, praktis, dan tidak time-consuming. Namun kekurangannya antara lain:
1. Tidak dapat sekaligus
mengecek morfologi selnya sehingga tidak dapat mengetahui adanya kontaminan
pada kultur yang tidak diketahui jenisnya.
2.
Kultur (sel) yang digunakan lebih banyak daripada pewarnaan gram. Hal ini akan
menimbulkan masalah jika bakteri uji memiliki koloni tunggal yang kecil dan
adapula yang merekat dengan agar.
3.
Tidak dapat mendeteksi gram variabel (telah dijelaskan).
Pada pratikum yang dilaksanakan, uji gram bakteri Pseudomonas fluorescent menunjukkan hasil berlendir dan lengket sehingga
mengindikasikan bakteri ini tergolong kedalam bakteri gram negatif. Sedangkan
pengujian pada bakteri Ralstonia
solanacearum tidak menunjukkan gejala berlendir dan lengket.
3.3
Uji Pembusukan Bakteri pada Kentang
Kelompok
|
Waktu inkubasi
|
Sumber
inokulum
|
|||
Pseudomonas
Fluorescent
|
Ralstonia
solanacearum
|
Wortel busuk
|
Air
|
||
1
|
-
|
|
√
|
|
|
2
|
-
|
√
|
|
|
|
3
|
3
|
|
|
√
|
|
4
|
-
|
|
|
|
√
|
5
|
-
|
√
|
|
|
|
Berdasarkan tabel diatas, dapat
diketahui bahwa diantara keseluruhan inokulum hanya wortel busuk saja yang
dapat membusukkan kentang dalam jangka waktu 3 hari, sedangkan inokulum lain
belum mampu untuk membusukkan kentang. Menurut Lelliot & Stead (1987), Pseudomonas
sp hanya menyebabkan lubang yang dangkal, sedangkan Erwinia sp.menyebabkan
lubang yang dalam dan berlendir. Jadi dapat dikatakan bahwa media wortel busuk
yang digunakan mengandung erwinia sp
sehingga dapat membusukkan kentang. Seperti pada G2, dapat dilihat bahwa dengan
perlakuan kelompok kami yakni dengan inokulum Pseudomonaas fluorescent, kentang masih belum menunjukkan kondisi
busuk.
Pseudomonas sp. (Pseudomonas
kelompok fluoresent) adalah bakteri Gram-negatif dan bersifat aerob. Mikrobial antagonis yang
penting dalam pengendalian biologi patogen tanaman adalah bakteri Pseudomonas
fluorescenst, karena bakteri tersebut memiliki kelebihan yaitu mempunyai
pertumbuhan yang lebih cepat, menghasilkan antibiotik serta mampu menggunakan
substrat yang berbeda-beda dibandingkan kelompok bakteri patogen. Pseudomonas kelompok fluorescens mempunyai
kemampuan menghasilkan pigmen berwarna kuning sampai hijau atau biru pada
medium King's B. Kemampuan menghasilkan pigmen tersebut merupakan salah satu
kriteria yang digunakan para ahli mikrobiologi dalam memilih Pseudomonas yang bermanfaat karena pigmen
tersebut biasanya dihasilkan oleh spesies-spesies penghasil senyawa antibiotik. Beberapa kelompok Pseudomonas berasosiasi dengan tanaman sebagai penghuni rizosfer (Kiewnick
& Sands dalam Schaad 2001). Pada tanaman terinfeksi maupun tidak
terinfeksi, keduanya bersifat patogen. Erwinia sp. sering menyerang
jaringan tanaman yang hidup, bersifatpatogen pada tanaman sayuran seperti menyebabkan
gejala busuk lunak (Janse, 2005). Erwinia sp.
termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, bersifat anaerobfakultatif, dan
Gram-negatif. Pada tanaman terinfeksi, Erwinia
sp. yang diidentifikasi bersifat pathogen.
KESIMPULAN
Dari pratikum
yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa:
1.
Untuk mengidentifikasi suatu bakteri
perlu dilakukan pengujian. Salah satunya dengan uji fisiologis yang meliputi
uji fluoresensi, uji pembusukan bakteri pada kentang, uji gram bakteri dan uji
virulensi
2.
Bakteri pseudomonas fluorescent
tergolong bakteri berpendar, sedangkan Ralstonia solanacearum tidak
3.
Bakteri Ralstonia solanacearum tergolong
bakteri avirulen
4.
Bakteri pseudomonas fluorescent
tergolong bakteri gram negative (-) , begitu pula Ralstonia solanacearum
5.
Bakteri Pseudomonas fluorescent,
Ralstonia solanacearum dan air tidak dapat membusukkan kentang. Hanya wortel
busuk yang dapat membusukkan kentang
DAFTAR PUSTAKA
Edwin.
2011. Materi Kuliah Mikrobiologi. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Fardiaz,
S. 1989. Mikrobiologi Pangan. IPB, Bogor.
Hadiotomo, Ratna Siri.,
1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Pt.Gramedia, Jakarta
Hadioetomo,R.S.1993.Teknik
dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi.Jakarta:
Gramedia.
Lay, Bibiana W.,1994.Analisis mikroba di laboratorium. PT. Raja
Grafindo, Jakarta.
Mehan V.K. and
D.Mc Donald. 1995. Techniques for diagnosis of Pseudomonas solanacearum and for resistance screening
Against Groundnut Bacterial Wilt.
ICRISAT. Andhara Pradesh.
Michael J.
Pelczar, dan E.C.S. Chan. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Ui-Press, Jakarta
Subandi. 2009. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Gunung Djati
Press,Bandung.
nualecOinno Kathy Tate https://wakelet.com/wake/I9iCZ5iHo901VxQAhpgOh
ReplyDeletetrimcheareagest