pengamatan mikroskopis spora C. capsici
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cendawan
adalah suatu kelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi
karena mempunyai dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan spora,
tetapi tidak mempunyai klorofil. Cendawan tidak mempunyai batang, daun,
akar dan system pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Umumnya
cendawan berbentuk benang, bersel banyak dan semua bagian cendawan tersebut
memiliki potensi untuk tumbuh. Tubuhnya dinamakan miselium dan benangnya
disebut hifa yang tebalnya antara 0,5-100 mikron atau lebih.
Secara
umum, ada 5 kelas cendawan yakni sebagai berikut :
Zygomycetes
berasal dan jenis perbanyakan diri seksual, terutama pada pembentukan
zigospora. Ciri-ciri jamur yang termasuk dalam divisi Zygomycetes adalah :
Biasa hidup sebagai saprofit, miselium bercabang banyak dan hifa tidak bersekat
sehingga terlihat seperti pipa atau buluh, dinding sel terdiri atas kitin,
tidak memiliki zoospora sehingga sporanya merupakan sel-sel yang berdinding, perkembangbiakan
secara aseksual dilakukan dengan spora yang berasal dari sporangium yang telah
pecah, perkembangbiakan secara seksual dilakukan dengan peleburan dua hifa,
yaitu hifa betina dan hifa jantan. Hifa jantan adalah hifa yang memberikan isi
selnya. Hifa betina adalah hifa yang menerima isi selnya. Kelas Zygomycetes
dicirikan oleh tallus berbentuk filamen dengan hifa koenositik, bereproduksi
aseksual dengan sporangiospora tidak bergerak dalam sporangium, bereproduksi
seksual dengan gametangia yang tidak terbedakan kedalam organ jantan dan betina
dan sebagai hasilnya terbentuk zygosporangia.
Ascomycetes
adalah kelompok jamur yang berkembang biak dengan membentuk spora di dalam
selnya (kantung kecil) yang disebut askus. Pembentukan askus inilah yang
menjadi ciri Ascomycetes. Perkembangbiakan secara seksual dilakukan dengan
pembentukan askospona melalui beberapa tahap, yaitu perkawinan (kopulasi)
antara gametangium jantan dan gametangium betina, Bersatunya plasma kedua
gametangium yang disebut dengan plasmolisis, Bersatunya Inti yang berasal dan
gametangium yang disebut dengan kariogami, Kariogami yang menyebabkan
terjadinya pembelahan reduksi, dilanjutkan dengan pembentukan askospora secara
endogen menurut pembentukan sel bebas. Perkembangbiakan secara aseksual dapat
dilakukan dengan pembentukan konidium, fragmentasi, dan pertunasan. Kelas
Ascomycetes memiliki miselium bersepta, bereproduksi aseksual dengan membentuk
konidia, bereproduksi seksual dengan membentuk konidia, bereproduksi seksual
dengan membentuk askuspora berjumlah delapan atau kelipatan empat dalam kantung
spora yang disebut askus, dan askus terbentuk dalam tubuh buah yang disebut
askokarp.
Basidiomycetes
merupakan kelompok jamur yang pembentukan sporanya terjadi di atas sel yang
disebut basidium. Basidium terdiri dari beberapa sel yang masing-masing
membentuk satu basidiospora. Jamur kelompok ini dapat berkembang biak secara
aseksual dengan membentuk konidium dan berkembang biak secara seksual dengan
membentuk spora basidium. Kelas Basidiomycetes miseliumnya bersepta dan pada
septanya terdapat sambungan apit (clamp connection) membentuk spora yang
disebut basidiospora pada sel khusus yang kemudian menyangganya yang disebut
basidium. Terdapat empat spora dalam setiap basidium. Cendawan pembentuk
mikoriza banyak yang tergolong dalam kelas ini. Terdapat pula cendawan
patogenik,
Deuteromycetes (Jamur imperfeksi) adalah jamur
yang berkembang biak dengan konidia dan belum diketahui tahap seksualnya. Tidak
termasuk dalam kelas jamur AscomycOta dan Bosidiomycota. Oleh karena itu, jamur
ini merupakan jamur yang tidak sempurna (jamur imperfecti). Jamur-jamur yang
tergolong pada jamur imperfeksi ini banyak yang menimbulkan penyakit, seperti
jamur Helminthosporium oryzae, Sclero Hum rolfsii, dan Monilia sitophila atau sekarang
bernama Neurospora sitophila. Kelas Deutermycetes memuat cendawan-cendawan yang
belum diketahui teleomorfnya. Terdiri dari cendawan uniseluler atau berbentuk
filamen dengan hifa bersepta. Bereproduksi aseksual dengan membentuk konidia.
Oomycetes
dicirikan oleh tallus berbentuk filamen dengan hifa koenositik, bereproduksi
secara aseksual dengan zoospora bergerak yang terdapat dalam zoosporangium dan
bereproduksi secara seksual dengan antheridia dan oogania dengan membentuk
oospora sesudah fertilisasi.
Adapun
cara mengidentifikasi cendawan adalah dengan mengambil dari tanaman yang
diinokulasi lalu diletakkan ke gelas objek. Setelah itu diamati dibawah
mikroskop dan klasifikasikan cendawan tersebut berdasarkan kenampakan
mikroskopisnya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pratikum kali ini adalah untuk
mengetahui jenis cendawan apa saja yang
terdapat pada cabai yang telah diinokulasi. Pratikum ini juga mengetahui apakah
proses inokulasi yang telah dilakukan berhasil atau tidak dengan mengamati
gejala yang muncul pada cabai tersebut.
II.
METODOLOGI
2.1 Waktu Pelaksanaan
Pratikum ini dilaksanakan pada Senin, 28 April 2014
bertempat di Laboratorium Kampus Cilibende Diploma Institut Pertanian Bogor.
2.2 Alat dan Bahan
Alat Bahan
Mikroskop Inokulum
dari cabai
Cover glass Air
Preparat glass
2.3 Langkah kerja
- Buka plastik yang membungkus
baki
- Amati bentuk dan
warna koloni spora tersebut
- Ambil sedikit spora
yang menempel pada cabai dengan cover glass
- Tempel kan di gelas
preparat dan letakkan sedikit air
- Amati dibawah
mikroskop spora tersebut, apakah tergolong capsici atau bukan
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
|
|
Koloni
spora pada cabai
|
Spora
Colletotrichum capsici pada perbesaran 40x10
|
3.2
Pembahasan
Klasifikasi
jamur Colletotrichum capsici menurut Singh (1998) adalah:
Divisio : Ascomycotina
Sub-divisio : Eumycota
Kelas : Pyrenomycetes
Ordo :
Sphaeriales
Famili : Polystigmataceae
Genus : Colletotrichum
Spesies : Colletotrichum
capsici
Miselium
terdiri dari beberapa septa, inter dan intraseluler hifa. Aservulus dan stroma
pada batang berbentuk hemispirakel dan ukuran 70-120 μm. Seta menyebar,
berwarna coklat gelap sampai coklat muda, seta terdiri dari beberapa septa dan
ukuran +150μm. Konidiofor tidak bercabang, massa konidia nampak berwarna
kemerah-merahan. Konidia berada pada ujung konidiofor. Konidia berbentuk
hialin, uniseluler, ukuran 17-18 x 3-4 μm. Konidia dapat berkecambah pada
permukaan buah yang hijau atau merah tua. Tabung kecambah akan segera membentuk
apresorium (Singh, 1998). Pertumbuhan awal jamur Colletotrichum capsici membentuk
koloni miselium yang berwarna putih dengan miselium yang timbul di permukaan.
Kemudian secara perlahan-lahan berubah menjadi hitam dan akhirnya berbentuk aservulus.
Aservulus ditutupi oleh warna merah muda sampai coklat muda yang sebetulnya
adalah massa konidia (Rusli dkk, 1997).
Gejala Serangan
Jamur
Colletotrichum dapat menginfeksi cabang, ranting, daun dan buah. Infeksi
pada buah terjadi biasanya pada buah menjelang tua dan sesudah tua. Gejala
diawali berupa bintik-bintik kecil yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit
melekuk. Serangan yang lebih lanjut mengakibatkan buah mengerut, kering,
membusuk dan jatuh (Rusli dkk, 1997). Bercak berbentuk bundar atau
cekung dan berkembang pada buah yang belum dewasa/matang dari berbagai ukuran.
Biasanya bentuk bercak beragam pada satu buah cabai. Ketika penyakit mengeras,
bercak akan bersatu. Massa spora jamur berwarna merah jambu ke orange terbentuk
dalam cincin yang konsentris pada permukaan bercak. Bercak yang sudah menua,
aservuli akan kelihatan. Dengan rabaan, akan terasa titik-titik hitam kecil, di
bawah mikroskop akan tampak rambut-rambut halus berwarna hitam. Spora terbentuk
cepat dan berlebihan dan memencar secara cepat pada hasil cabai, mengakibatkan
kehilangan sampai 100%. Bercak dapat sampai ke tangkai dan meninggalkan bintik
yang tidak beraturan berwarna merah tua dengan tepinya berwarna merah tua gelap
(Ivey and Miller, 2004).
Daur Penyakit
Pertumbuhan awal jamur Colletotrichum membentuk
koloni misselium yang berwarna putih dengan misselium yang timbul di permukan.
Kemudian perlahan-lahan berubah menjadi hitam dan akhirnya berbentuk aservulus.
Aservulus ditutupi oleh warna merah muda sampai cokelat muda yang sebelumnya
adalah massa koloni (Rusli dkk, 1997) Tahap awal dari infeksi Colletotrichum
umumnya terdiri dari konidia dan germinasi pada permukaan tanaman,
menghasilkan tabung kecambah. Setelah penetrasi maka akan terbentuk jaringan
hifa. Hifa intra dan interseluler menyebar melalui jaringan tanaman. Spora Colletotrichum
dapat disebarkan oleh air hujan dan pada inang yang cocok akan berkembang
dengan cepat (Dickman, 2000). Infeksi terjadi setelah apresoria dihasilkan.
Karena penurunan dinding secara ekstensif, hifa mempenetrasi kutikula dan
ditandai dengan tumbuh dibawah dinding kutikula dan dinding periklinal dari sel
epidermis. Kemudian, hifa tumbuh dan menghancurkan dinding sel utama. Ini
berhubungan dengan matinya sel yang berdampingan secara ekstensif. Ketika
jeringan membusuk, hifa masuk ke pembuluh sklerenkium (sclerenchynatous) dengan
langsung tumbuh menembus dindingnya (Pring et all, 1995).
Dari pratikum
identifikasi yang telah dilaksanakan, cabai yang kami inokulasikan tidak
terdapat kontaminasi.Hal ini ditandai dengan munculnya cendawan target yakni
Colletotrichum capsici. Dari pengamataan makroskopis, gejala yang muncul sama
dengan cabai yang terinfeksi antraknose dilapangan, yakni spora berbentuk
gumpalan/kumpulan dan berwarna hitam. Sedangkan dari pengamatan mikroskopis,
spora yang diamati berbentuk bulan sabit dan berwarna bening. Spora yang
demikian merupakan spora colletotrichum capsici. Spora capsici membentuk koloni dengan warna miselium mulai
dari putih ke abu-abu, dan
dengan sporulasi dari
warna oranye, dengan
adanya seta dan dengan rata-rata kecepatan pertumbuhan 6,6
mm.day-1 dan
konidia melengkung lancip dengan apices meruncing;
dan dimensi berarti dari panjang 23,6 ∝m dan lebar
2,3 ∝m (Gil Rodrigues dos Santos, 2013)
KESIMPULAN
Dari
partikum identifikasi yang telah dilakukan, cendawan yang diamati dibawah
mikroskop pada cabai yang diinokulasikan sebelumnya merupakan cendawan
Colletotrichum capsici. Pada pengamatan tersebut terlihat spora berbentuk bulan
sabit dan berwarna bening atau putih.
DAFTAR PUSTAKA
Dickman,
M.B., 2000. Colletotrichum,
Kluwer Academic Publisher,. Netherlands, hlm:
127-142.
Gil Rodrigues dos Santos. 2013 Etiology and pathogenicity of two
different isolates of Colletotrichum
spp. obtained from physic nut seeds dalam J. Seed
Sci. vol.35 no.2 Londrina 2013
Ivey, M.L.L. and S.A.Miller., 2004.
Anthracnose Fruit Rot of Pepper, Ohio State University
Extension Fact Sheet Plant Pathology, Columbus.hlm: 127-132
Pring et all.
1995. Infection Process And Host Range Of Colletotrichum Capsici. Physiol Mol. Plant Pathol 46:137-152
Rusli, I., Mardinus, Zulpadli., 1997. Penyakit
Antraknosa Pada Buah Cabai di Sumatera
Barat, Prosiding Kongres Nasional XIV dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia, Palembang,
hlm: 187-190.
Singh, R. S.
1998. Plant Diseases. Seventh
Edition. Oxford & IBH Publishing CO.
PVT. LTD. New Delhi. Hal 640.
Comments
Post a Comment