ILMU PENGETAHUAN, KEBUDAYAAN DAN PERADABAN

MAKALAH ISLAM DAN KEILMUAN

ILMU PENGETAHUAN, KEBUDAYAAN DAN PERADABAN
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Islam dan Keilmuan

DOSEN: SARMADHAN LUBIS, M.Pd. I


DISUSUN OLEH
MIRA ARYUNI
184210569
ULFI TRIDAYANTI
174210149
DENNY REZEKI S
174210209

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2018

 

 

 

KATA PENGANTAR


            Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala hidayah dan inayah-Nya, penyusunan makalah islam dan keilmuan yang berjudul ilmu pengetahuan, kebudayaan dan peradaban ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang ilmu pengetahuan, kebudayaan dan peradaban

            Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis sangat mengharapkan saran konstruktif demi kebaikan makalah yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih.


Pekanbaru, 28 November 2018



Kelompok 13



PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih biasa kita kenal singkatannya yaitu IPTEK. Hal ini merupakan yang paling pesat perkembangannya yang kita rasakan selama ini. Setiap detiknya ilmu ini terus mengalami perkembangan-perkembangan yang signifikan. IPTEK memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan manusia pada saat sekarang ini.
Mempelajari ilmu teknologi saat ini telah menjadi sesuatu yang wajib bagi beberapa orang. Sebab kemajuan teknologi saat ini menjadi salah satu syarat menggunakan alat-alat dalam membantu menyelesaikan pekerjaan, tugas-tugas sekolah maupun kuliah. Hal ini memang didasari oleh manfaat menuntut ilmu bagi kehidupan yang sangat berguna, bukan hanya di waktu sekarang tetapi hingga waktu yang akan datang.
Munculnya teknologi-teknologi terkini merupakan peran penting dari ilmuwan-ilmuwan yang terus menerus melakukan penelitian dan percobaan serta pengembangan terhadap suatu produk teknologi yang bermanfaat bagi semua orang.  Ilmu berkaitan juga erat dengan perkembangan kebudayaan pada suatu bangsa yang akhirnya berujung menjadi ciri khas peradaban pada masa itu.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.     Apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan, kebudayaan dan peradaban?
2.     Apa saja manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi?
3.     Apa hubungan ilmu pengetahuan dengan kebudayaan ?
4.     Apa perbedaan antara kebudayaan dan peradaban ?
5.     Apa hubungan antara kebudayaan dan peradaban ?

Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1.     Mengetahui pengertian dari ilmu pengetahuan, kebudayaan dan peradaban
2.     Mengetahui manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi
3.     Mengetahui hubungan ilmu pengetahuan dan peradaban
4.     Mengetahui hubungan antara kebudayaan dan peradaban


PEMBAHASAN

A.            Manfaat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pengertian IPTEK
            Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengarah terhadap pemenuhan kebutuhan manusia. Tidak hanya itu IPTEK juga bisa diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan teknologi, baik terhadap penemuan teknologi terbaru ataupun perkembangan terhadap teknologi itu sendiri.
            Dalam kurun waktu 1 abad terakhir telah banyak perkembangan teknologi yang sangat pesat yang kita rasakan dan bahkan kita nikmati saat ini. Begitu banyak sekali produk teknologi yang kita rasakan saat ini seperti handphone, televisi, mobil, motor, komputer dan lain-lainnya yang kita nikmati saat ini. Pesawat terbang juga merupakan salah satu produk teknologi juga, dari zaman ke zaman perubahan pesawat terbang semakin jelas dapat kita rasakan.
            Jarak yang jauh sekalipun saat ini dapat kita datangi dalam kurun waktu yang sebentar. Pada era teknologi ini segala transportasi baik darat, laut ataupun udara merupakan hasil dari perkembangan IPTEK yang sangat luar biasa. Manfaat yang didapatkan dari mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi sangat banyak sekali. Berikut manfaat yang kita peroleh dari mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi :

Manfaat Secara Umum
·      Mempermudah komunikasi.
·      Mempermudah pekerjaan yang dilakukan oleh manusia.
·      Waktu yang digunakan lebih efisien dalam mendapat informasi, informasi yang diperoleh juga akurat.
·      Dapat membantu manusia dalam meningkatkan dan memanfaatkan sumber energi baru yang berguna untuk kelangsungan hidup manusia.
·      Sumber daya alam yang ada di bumi ini lebih mudah dikelola dengan optimal dan berkualitas.
·      Banyaknya industri baru dan perusahaan baru yang dapat memberikan lapangan pekerjaan, sehingga bisa mengurangi pengangguran.
·      Mengurangi pemakaian bahan alami yang semakin langka.
·      Dapat membawa kita manusia ke zaman yang lebih maju dan modern.


1.              Ilmu Pengetahuan dan Sistem Nilai
            Istilah nilai merupakan sebuah istilah yang tidak mudah untuk diberikan batasan secara pasti. Ini disebabkan karena nilai merupakan sebuah realitas yang abstrak (Ambroisje dalam Kaswadi, 1993).
            Menurut Rokeach dan Bank (Thoha, 1996) nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup system kepercayaan di mana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai suatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan. Ini berarti hubungannya denga pemaknaan atau pemberian arti suatu objek. 
Nilai juga dapat diartikan sebagai sebuah pikiran (idea) atau konsep mengenai apa yang danggap penting bagi seseorang dalam kehdiupannya (Fraenkel dalam Thoha, 1996). Selain itu, kebenaran sebuah nilai juga tidak menuntut adanya pembuktian empirik, namun lebih terkait dengan penghayatan dan apa yang dikehendaki atau tidak dikehendaki, disenangi atau tidak disenangi oleh seseorang.
            Allport, sebagaimana dikutip oleh Kadarusmadi (1996:55) menyatakan bahwa nilai adalah: “a belief upon which a man acts by preference. It is this a cognitive, a motor, and above all, a deeply propriate disposition.” Artinya nilai itu merupakan kepercayaan yang dijadikan preferensi manusia dalam tindakannya. Manusia menyeleksi atau memilih aktivitas berdasarkan nilai yang dipercayainya.
            Ndraha (1997:27-28) menyatakan bahwa nilai bersifat abstrak, karena itu nilai pasti termuat dalam sesuatu. Sesuatu yang memuat nilai (vehicles) ada empat macam, yaitu: raga, perilaku, sikap dan pendirian dasar. 
            Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan suatu keyakinan atau kepercayaan yang menjadi dasar bagi seseorang atau sekelompok orang untuk memilih tindakannya, atau menilai suatu yang bermakna atau tidak bermakna bagi kehidupannya. Sedangkan sistem nilai adalah suatu peringkat yang didasarkan pada suatu peringkat nilai-nilai seorang individu dalam hal intensitasnya. Dengan demikian untuk mengetahui atau melacak sebuah nilai harus melalui pemaknaan terhadap kenyataan-kenyataan lain berupa tindakan, tingkah laku, pola pikir dan sikap seseorang atau sekelompok orang (Zainudin, 2016).
            Tujuan etika keilmuan adalah agar seorang ilmuwan dapat menerapkan prinsip-prinsip moral yaitu yang baik dan menghindarkan dari yang buruk ke dalam perilaku keilmuannya sehingga ia dapat menjadi ilmuwan yang mempertanggung jawabkan perilaku ilmiahnya. Pokok persoalan dalam etika keilmuan selalu mengacu kepada elemen-elemen kaidah moral, yaitu hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, nilai dan norma yang bersifat utilitaristik.
            Nilai moral tidak berdiri sendiri, tetapi ketika ia berada pada atau menjadi milik seseorang, ia akan bergabung dengan nilai yang ada seperti nilai agama, hukum, budaya, dan sebagainya. Hal yang paling utama dalam nilai moral adalah yang terkait dengan tanggung jawab seseorang. Norma moral menentukan apakah seseorang berlaku baik ataukah buruk dari sudut etis. Oleh karena itu, penerapan ilmu pengetahuan yang telah dihasilkan oleh para ilmuwan harus memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, nilai agama, nilai adat dan sebagainya.  Ini berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut sudah tidak bebas nilai, karena ilmu sudah berada di tengah-tengah masyarakat luas dan masyarakat akan mengujinya. Akan tetapi, tidak semua teknologi atau ilmu pengetahuan selalu memiliki dampak positif ketika berada di tengah masyarakat. Kadangkala teknologi berdampak negatif dan ditolak oleh masyarakat. Menyikapi hal ini, seorang ilmuwan harus berjiwa besar dan bersifat terbuka untuk menerima kritik dari masyarakat.  

Nilai dalam Ilmu Pengetahuan

            Ilmu pengetahuan dan nilai merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Persoalan yang kemudian timbul adalah ilmu-ilmu itu berkembang dengan pesat apakah bebas nilai atau justru tidak bebas nilai. Bebas nilai yang dimaksudkan artinya tuntutan terhadap setiap kegiatan ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan menolak campur tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu pengetahuan itu sendiri (Ardiansyah, 2011). Paling tidak ada tiga faktor sebagai indikator bahwa ilmu pengetahuan itu bebas nilai, yaitu sebagai berikut :
1.      Ilmu harus bebas dari berbagai pengandaian, yakni bebas dari pengaruh eksternal seperti politis, ideologi, agama, budaya, dan unsur kemasyarakatan lainnya.
2.      Perlunya kebebasan usaha ilmiah agar otonomi ilmu pengetahuan terjamin. Kebebasan itu menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.
3.      Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis itu sendiri bersifat universal.
          Syed Naquib al-Attas menyatakan bahwa ilmu pengetahuan modern tidak bebas nilai, ia netral sebab dipengaruhi oleh pandangan-pandangan keagamaan, kebudayaan, dan filsafat. Oleh karena itu umat Islam perlu mengislamisasikan ilmu. Akar filsafat pendidikan Islam seperti pernyataan al-Attas tersebut bahwa ilmu bebas nilai mengindikasikan adanya aksiologi, yakni pertimbangan nilai dalam ilmu pengetahuan. Ilmu apapun namanya, jika ia diletakkan dalam wadah yang islami, maka ilmu tersebut adalah “ilmu Islam” dan di luar itu tidak islami. Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari sejarah perkembangan filsafat ilmu, sehingga muncullah ilmuan yang digolongkan sebagai filosof dimana mereka meyakini adanya hubungan antara ilmu pengetahuan dengan filsafat ilmu. Filsafat ilmu yang dimaksud di sini adalah sistem kebenaran ilmu sebagai hasil dari berfikir radikal, sistematis dan universal. Oleh karena itu, filsafat ilmu hadir sebagai upaya menata kembali peran dan fungsi Iptek sesuai dengan tujuannya, yakni memfokuskan diri terhadap kebahagian umat manusia. Ilmu pengetahuan yang merupakan produk kegiatan berpikir manusia adalah wahana untuk meningkatkan kualitas hidupnya dengan jalan menerapkan pengetahuan yang diperolehnya. Proses penerapan itulah yang menghasilkan peralatan-peralatan dan berbagai sarana hidup seperti kapak dan batu di zaman dahulu hingga peralatan komputer di zaman sekarang ini, serta alat-alat yang lebih canggih (mutakhir) lagi untuk masa-masa mendatang.
          Meskipun demikian, pada hakikatnya upaya manusia dalam memperoleh pengetahuan tetap didasarkan pada tiga masalah pokok, yakni apa yang ingin diketahui, bagaimana cara memperoleh ilmu pengetahuan, dan bagaimana nilai pengetahuan itu. Ilmu pengetahuan harus terbuka pada konteksnya dan agamalah yang menjadi konteksnya itu. Agama mengarahkan ilmu pengetahuan pada tujuan hakikinya, yakni memahami realitas alam dan memahami eksistensi Allah agar manusia menjadi sadar akan hakikat penciptaan dirinya dan tidak mengarahkan ilmu pengetahuan ke arah duniawi semata. Solusi yang diberikan alquran terhadap ilmu pengetahuan yang terikat nilai adalah dengan cara mengembalikan ilmu pengetahuan pada jalur yang semestinya sehingga menjadi berkah dan rahmat kepada manusia dan alam bukan sebaliknya membawa mudharat.
          Sedangkan Tokoh sosiologi Weber, menyatakan bahwa ilmu harus bebas nilai, tetapi ilmu-ilmu sosial harus menjadi nilai-nilai yang relevan. Nilai-nilai itu harus diimplikasikan oleh bagian-bagian praktis ilmu sosial jika praktik itu mengandung tujuan atau rasional. Tanpa keinginan melayani kepentingan segelintir orang, budaya, maka ilmuwan sosial tidak beralasan mengajarkan atau menuliskan itu semua. Suatu sikap moral yang sedemikian itu tidak mempunyai hubungan objektivitas ilmiah. Kehati-hatian Weber dalam memutuskan apakah ilmu bebas nilai atau tidak, bisa dipahami mengingat di satu pihak objektivitas merupakan ciri mutlak ilmu pengetahuan, sedang di pihak lain subjek yang mengembangkan ilmu dihadapkan pada nilai-nilai yang ikut menentukan pemilihan atas masalah dan kesimpulan yang dibuatnya.
            Tokoh lain Habermas berpendirian teori sebagai produk ilmiah tidak pernah bebas nilai. Pendirian diwarisi dari pandangan Husserl yang melihat fakta atau objek alam diperlukan oleh ilmu pengetahuan sebagai kenyataan yang sudah jadi. Hebermas menegaskan lebih lanjut bahwa ilmu pengetahuan alam terbentuk berdasarkan kepentingan teknis. Ilmu pengetahuan alam tidaklah netral, karena isinya tidak lepas sama sekali dari kepentingan praktis kendati dengan cara yang berbeda. Kepentingannya adalah memelihara serta memperluas bidang saling pengertian antar manusia dan perbaikan komunikasi. Setiap kegiatan teoritis yang melibatkan pola subjek-subjek selalu mengandung kepentingan tertentu. Kepentingan itu bekerja pada tiga bidang, yaitu pekerjaan, bahasa dan otoritas. Pekerjaan merupakan kepentingan ilmu pengetahuan alam, bahasa merupakan kepentingan ilmu sejarah dan hermeneutika, sedang otoritas merupakan kepentingan ilmu sosial.
            Oleh karena itu, dapatlah ditarik sebuah kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan harus murni dikembangkan sesuai dengan pertimbangan ilmiah. Karena ilmu pengetahuan yang bebas nilai bertujuan agar ilmu pengetahuan dapat mencapai kebenaran ilmiah yang objektif dan rasional. Tidak dibenarkan bila suatu ilmu pengetahuan hanya berlaku bagi kepentingan suatu pihak tertentu. Jika demikian maka ilmu pengetahuan tidaklah bersifat universal.

2.  Profesionalisme dan Sistem Nilai
            Profesional adalah suatu paham yang mencitrakan dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan-serta ikrar untuk menerima panggilan tersebut dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan ditengah gelapnya kehidupan (Wignjosoebroto, 1999). Profesionalisme adalah kompetensi untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik dan benar dan juga komitmen dari anggota sebuah profesi untuk meningkatkan kemampuan seorang karyawan.
            Bisa juga dikatakan bahwa seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu menurut keahliannya, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk bersenang-senang maupun untuk mengisi waktu luang. Profesionalisme biasanya dipahami sebagai suatu kualitas yang wajib dipunyai oleh setiap eksekutif yang baik.

Ciri – Ciri Profesionalisme
            Kaum profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada diatas rata-rata. Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat, tetapi di lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam rangka kepentingan masyarakat. Seandainya semua bidang kehidupan dan bidang kegiatan menerapkan suatu standar profesional yang tinggi, bisa diharapkan akan tercipta suatu kualitas masyarakat yang semakin baik.
            Secara garis besar ciri-ciri profesionalisme adalah:
1.     Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan bidang tadi.
2.     Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah dan peka didalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan.
3.     Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang dihadapannya.
4.     Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya.

Tiga Watak Kerja Profesionalisme
1.     Kerja seorang profesional itu beritikad untuk merealisasikan kebajikan demi tegaknya kehormatan profesi yang digeluti dan oleh karenanya tidak terlalu mementingkan atau mengharapkan imbalan upah materiil.
2.     Kerja seorang profesional itu harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan dan/atau pelatihan yang panjang, ekslusif dan berat.
3.       Kerja seorang profesional diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral. Harus       menundukkan diri pada sebuah mekanisme kontrol berupa kode etik yang dikembangkan             dan disepakati bersama di dalam sebuah organisasi profesi.

Peranan Etika Dalam Profesionalisme 
            Qolil (2015) menyebutkan sedikitnya ada 3 peranan etika dalam profesionalisme, yakni:
1.     Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan orang saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok yang paling kecil yaitu keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika tersebut, suatu kelompok diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan bersama.
2.     Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya maupun dengan sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Golongan ini sering menjadi pusat perhatian karena adanya tata nilai yang mengatur dan tertuang secara tertulis (yaitu kode etik profesi) dan diharapkan menjadi pegangan para anggotanya.
3.     Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku sebagian para anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang telah disepakati bersama (tertuang dalam kode etik profesi), sehingga terjadi kemerosotan etik pada masyarakat profesi tersebut. Sebagai contohnya adalah pada profesi hukum dikenal adanya mafia peradilan, demikian juga pada profesi dokter dengan pendirian klinik super spesialis di daerah mewah, sehingga masyarakat miskin tidak mungkin menjamahnya.

B. SISTEM NILAI DAN PERADABAN
            Sebagai makhluk budaya, dari negara manapun manusia di muka bumi ini sama karena dibekali oleh Tuhan penciptanya dengan akal, nurani, dan kehendak di dalam dirinya. Hal yang membedakannya adalah perwujudan budaya karena lingkungan yang berbeda menurut keadaan, waktu dan tempat. Perwujudan budaya tersebut dapat dilakukan hanya dengan menekankan pada akal (ratio) saja, dapat pula dengan menekankan pada semua unsur akal nurani, dan kehendak sebagai satu kesatuan yang utuh. Perwujudan budaya yang didasarkan pada akal (ratio) semata-mata, dengan mengabaikan nurani akan berlainan dengan perwujudan budaya yang didasarkan pada akal, nurani, dan kehendak sebagai satu kesatuan yang utuh. Akibatnya timbullah pertanyaan tentang “peradaban” (civilation) dan kebudayaan (culture).
            Menurut pandangan Prof. Sutan Takdir Alisyahbana, apabila perwujudan budaya penekanannya pada akal (mind), akan timbul tingkat peradaban yang beda. Dalam bahasa Inggris, mind selalu dihubungkan dengan civilation bukan culture. Dengan menekankan pada mind akan timbul pertanyaan bahwa ada peradaban tinggi dan ada peradaban rendah, karena diukur dengan tingkat berpikir manusia. Manusia yang mampu berpikir tinggi dikatakan peradaban tinggi, bukan berkebudayaan tinggi. Kemampuan berpikir tinggi lebih dulu timbul di kalangan orang barat. Oleh karena itu dikatakan bahwa orang barat mempunyai peradaban tinggi, bukan kebudayaan tinggi. Selanjutnya menurut beliau, apabila perwujudan budaya penekanannya pada ketiga unsur, yakni akal, nurani, dan kehendak sebagai satu kesatuan yang utuh, akan timbul tingkat kebudayaan yang berbeda, sehingga timbul pertanyaan bahwa ada kebudayaan tinggi dan ada kebudayaan rendah karena diukur dengan manfaatnya bagi manusia.
            Apabila kebudayaan dihubungkan dengan peradaban, akan timbul pertanyaan bahwa walaupun peradaban manusia rendah, belum tentu kebudayaannya rendah. Misalnya, beberapa abad yang lalu, manusia Indonesia mampu mendirikan candi Borobudur tanpa bantuan alat-alat besar yang menggunakan teknologi tinggi. Ini membuktikan bahwa manusia Indonesia sudah berkebudayaan tinggi walaupun tingkat peradaban (tingkat berpikir) masih rendah. Sebaliknya pula, orang barat yang memiliki peradaban tinggi dengan teknologi canggih, belum tentu berkebudayaan tinggi jika dengan peradaban tinggi dan teknologi canggih akan membinasakan manusia.

1.              Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan
            Kebudayaan adalah hasil karya manusia, yang meliputi hasil akal, rasa, dan kehendak manusia. Oleh karena itu maka kebudayaan tidak pernah berhenti, terus berlangsung sepanjang zaman merupakan suatu proses yang memerlukan waktu yang panjang untuk memenuhi keinginan manusia untuk lebih berkualitas. Apabila kebudayaan adalah hasil karya manusia, maka ilmu sebagai hasil akal pikir manusia juga merupakan kebudayaan. Namun ilmu dapat dikatakan sebagai hasil akhir dalam perkembangan mental manusia dan dapat dianggap sebagai hasil yang paling optimal dalam kebudayaan manusia.
            Unsur kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bagian suatu kebudayaan yang dapat digunakan sebagai satuan analisis tertentu. Dengan adanya unsur tersebut, kebudayaan disini lebih mengandung makna totalitas dari pada sekedar penjumlahan unsur-unsur yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu dikenal adanya unsur-unsur yang universal yang melahirkan kebudayaan universal. Menurut C. Kluckhohn, ada tujuh unsur dalam kebudayaan universal, yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata pencarian hidup, sistem teknologi dan peralatan, bahasa, serta kesenian. (Widyosiswoyo, 1996).
            Ilmu adalah bagian dari pengetahuan. Untuk mendapatkan ilmu diperlukan cara-cara tertentu, memerlukan suatu metode dan mempergunakan sistem, mempunyai obyek formal dan obyek material. Karena pengetahuan adalah unsur dari kebudayaan, maka ilmu yang merupakan bagian dari pengetahuan dengan sendirinya juga merupakan salah satu unsur kebudayaan. Selain ilmu merupakan unsur dari kebudayaan, antara ilmu dan kebudayaan ada hubungan pengaruh timbal-balik. Perkembangan ilmu tergantung pada perkembangan kebudayaan sedangkan perkembangan ilmu dapat memberikan pengaruh pada kebudayaan. Keadaan sosial dan kebudayaan saling tergantung dan saling mendukung. Pada beberapa kebudayaan, ilmu dapat berkembang dengan subur. Disini, ilmu mempunyai peran ganda yakni:
1.              Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung pengembangan kebudayaan.
2.              Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak bangsa

2.Kebudayaan dan Peradaban
            Peradaban adalah kemampuan manusia dalam mengendalikan dorongan dasar kemanusiannya untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sementara itu, kebudayaan mengacu pada kemampuan manusia dalam mengendalikan alam melalui ilmu pengetahuan dan teknologi (Albion Small)
            Menutur Small, peradaban berhubungan dengan suatu perbaikan yang bersifat kualitatif dan menyangkut kondisi batin manusia, sedangkan kebudayaan mengacu pada sesuatu yang bersifat material, faktual, relevan dan konkrit
            Peradaban mengacu pada pengetahuan praktis dan intelektual, serta sekumpulan cara yang bersifat teknis yang digunakan untuk mengendalikan alam. Sedangkan kebudayaan terdiri atas serangkaian nilai, prinsip normatif, dan ide yang bersifat unik ( Alfred Weber)
            Peradaan adalah tingkat kebudayaan ketika tidak lagi memiliki aspek produktif, beku dan mengkristal. Sedangkan kebudayaan mengacu pada sesuatu yang hidup dan kreatif (Spengler)
Hubungan Kebudayaan dan Peradaban
            Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan mempunyai 3 wujud yaitu:
1. Wujud Ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma- norma, peraturan-peraturan dll
2. Wujud Kelakuan, yaitu kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Wujud Benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya.
            Menurut pendapat Oswald Spingler yang dikutip dari Samuel P Hungtingson bahwa
Kebudayaan adalah untuk menunjukan upaya manusia yang masih terus berlanjut sedangkan peradaban untuk menunjukan titik akhir dari kegiatan. Peradaban mengandung pengertian yang lebih luas sebagaimana puncak, spirit keseluruhan, dan bersifat universal, sebagai karakter umum dari sebuah zaman dan titik akhir dari berbagai proses kebudayaannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
            Dari uraian materi diatas dapat diambil beberapa kesimpulan yakni:
1.     Kebudayaan adalah untuk menunjukan upaya manusia yang masih terus berlanjut sedangkan peradaban untuk menunjukan titik akhir dari kegiatan. Peradaban mengandung pengertian yang lebih luas sebagaimana puncak, spirit keseluruhan, dan bersifat universal, sebagai karakter umum dari sebuah zaman dan titik akhir dari berbagai proses kebudayaannya.
2.     Perkembangan ilmu tergantung pada perkembangan kebudayaan sedangkan perkembangan ilmu dapat memberikan pengaruh pada kebudayaan
3.     Nilai-nilai yang menjadi landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya maupun dengan sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku sebagian para anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang telah disepakati bersama (tertuang dalam kode etik profesi), sehingga terjadi kemerosotan etik pada masyarakat profesi tersebut.
4.     Ilmu pengetahuan harus murni dikembangkan sesuai dengan pertimbangan ilmiah. Karena ilmu pengetahuan yang bebas nilai bertujuan agar ilmu pengetahuan dapat mencapai kebenaran ilmiah yang objektif dan rasional.

Saran
            Dikarenakan ilmu pengetahuan sangat berkaitan dengan pengembangan kebudayaan dan peradaban, kita sebagai manusia hendaknya memperhatikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat maupun agama. Sehingga pengembangan ilmu pengetahuan tidak bertentangan dengan nilai namun tetap mendukung kemajuan perkembangan kebudayaan dan peradaban.



DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, MA. 2011. Pengertian dan Konsep Sistem Nilai melalui http://kabar-    pendidikan.blogspot.com/2011/04/pengertian-dan-konsep-sistem-nilai.html diakses         pada 28 November 2018

 

http://helfinarayya.blogspot.com/2012/02/agent-of-change.html diakses 28 November 2018

https://mildsend.wordpress.com/tag/pengertian-profesionalisme/ diakses 28 November 2018
Huntington, Samuel P. (2004). The Clas Of Civization and the Remaking Of Worl Order.   Terjemahan M. Sadat Ismail Benturan antar Peradaban dan masa Depan Politik          Dunia Yogyakarta : Penerbit Kalam.
Kaswadi. 1993. Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. Gramedia: Jakarta

 

 Qolil. 2015. Penjelasan Etika Profesi dan  Profesionalisme. melalui            https://qolilwicaksono12.wordpress.com/2015/10/29/penjelasan-etika-profesi-dan-       profesionalisme/ diakses pada 28 November 2018

Widyosiswoyo. 1996. Ilmu Budaya Dasar. Ghalia Indonesia: Jakarta
Wignjosoebroto, S. 1999. Profesi Profesionalisme dan Etika Profesi. Media Notariat, PP INI,         2001.
Zainuddin, A. 2016. Sistem Nilai Ilmu Pengetahuan melalui http://kumpulanmakalah.com/2015/11/sistem-nilai-ilmu-pengetahuan.html  diakses   28 November 2018



Comments

Post a Comment

Popular Posts